Suara.com - Gus Miftah kini membeberkan alasan dirinya menyandang gelar kiai. Pengakuan tersebut dilontarkan Gus Miftah kala diwawancarai oleh wartawan senior, Andy F. Noya. Gus Miftah kala itu mengaku dipanggil ustaz dan kiai lantaran dirinya memiliki pesantren.
Diketahui, Gus Miftah adalah pendiri Pesantren Ora Aji yang bertempat di Sleman, Yogyakarta.
"Kita nggak punya pekerjaan karena bagi saya, dakwah itu bukan profesi. Tapi karena saya punya pesantren, orang manggil saya ustaz. Orang manggil saya kiai,"bunyi pengakuan Gus Miftah dari cuplikan wawancara dengan Andy Noya, dikutip Rabu (11/12/2024).
Usai pengakuan tersebut viral, publik mencari-cari tahu sejarah dan makna gelar kiai lalu sontak menilai apakah Gus Miftah layak menyandang gelar itu. Lantas, seperti apa sejarah dan apa makna gelar kiai sebenarnya?
Sejarah dan Makna Gelar Kiai Menurut Sejarawan

Catatan sejarah yang merekam penggunaan gelar kiai adalah Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung karya de Graaf dan Kamus Jawa Kuna karya Zoetmulder.
Kedua sejarawan asal Belanda tersebut menemukan fakta sejarah bahwa istilah kiai digunakan sejak zaman Mataram Kuno. Tercatat bahwa gelar kiai diperuntukkan bagi para tokoh agama atau orang yang memimpin pondok pesantren.
Kata kiai berasal dari bahasa Jawa kuno yakni ki yayi. Ki merujuk pada gender atau jenis kelamin penyandang gelar, sedangkan yayi berarti adik.
Maka jika diterjemahkan secara harfiah, ki yayi berarti adik laki-laki. Versi feminin atau versi perempuan dari kyai adalah nyai yang diambil dari kata ni yayi. Tak jauh berbeda dari ki yayi, ni yayi berarti adik perempuan.
Baca Juga: Sosok Kiai Ageng Muhammad Besari, Diakui Gus Miftah sebagai Leluhurnya
Adik dalam konteks yang lebih spesifik dalam penggunaan kata kyai dan nyai diperuntukkan bagi adik seorang raja.