Suara.com - Mantan Wakil Menteri Luar Negeri RI era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Dino Patti Djalal kini tengah jadi perhatian. Pasalnya, ia meminta ada penertiban pekerjaan para staf khusus (stafsus).
Ia meminta kejelasan bahwa para stafsus tidak memiliki pekerjaan sampingan atau dalam kata lain menjabat di perusahaan swasta. Pasalnya, rangkap jabatan di pemerintahan dan swasta bisa menimbulkan konflik kepentingan.
"Dengan segala hormat, perlu ada kejelasan, penegasan + penertiban bhw SEMUA STAF KHUSUS yg masuk Istana + Kementerian TIDAK diperbolehkan punya (dan harus lepaskan semua) pekerjaan sampingan di swasta karena bisa timbulkan konflik kepentingan dan membuka peluang korupsi," tulis Dino di akun X-nya @dinopattidjalal.
Hal ini pun membuat warganet ikut mengaminkan imbauan Dino. Terlebih lagi, beberapa pejabat negara saat ini diketahui masih rangkap jabatan ataupun menjabat di beberapa perusahaan swasta, di mana jabatan tersebut sudah dipegang sejak sebelum masuk pemerintahan.
Baca Juga: Apa Tugas Tina Talisa Jadi Staf Khusus Wapres Gibran? Konon Bisa Dapat Gaji Rp51 Juta per Bulan
Sebelumnya, Dino juga sempat menuliskan soal perjuangannya untuk mendapatkan hak sang ibunya kembali usai sertifikat hak milik (SHM) milik keluarganya dicuri oleh oknum mafia tanah.
"Alhamdulillah, sertifikat SHM keluarga sy yg dicuri/digadaikan mafia tanah setlh perjuangan panjang kini tlh kembali ke ibu sy. Besok sy akan konf pers di FPCI (mayapada tower lt 19) jam 14:00 bagi wartawan yg berminat dengar ceritanya. Masih ada 2 lagi SHM yg belum kembali," ungkap Dino dalam cuitannya.
Diduga, cuitan ini pun ada hubungannya dengan himbauan Dino soal stafsus Presiden yang diminta untuk tidak menjabat di perusahaan swasta.
Sosok Dino pun kini jadi perhatian. Lalu, siapa sebenarnya Dino Patti Djalal ini? Simak inilah selengkapnya.
Profil Dino Pati Djalal
Baca Juga: Intip Bisnis Merry Riana, Motivator yang Ditunjuk Jadi Staf Khusus Menko AHY
Dino Patti Djalal dikenal sebagai diplomat, politisi, dan pengusaha yang ;ahir pada 25 Oktober 1968. Ia memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Indonesia (UI) dan melanjutkan studi di Harvard University.
Dino mengawali kariernya di bidang diplomasi, di mana ia sempat menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat dari 2010 hingga 2013. Dalam posisi ini, ia berhasil mempererat hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat, terutama dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan pendidikan.
Sebelumnya, ia juga pernah menjabat sebagai Juru Bicara Presiden SBY dan Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik di Kementerian Luar Negeri.
Setelah masa jabatannya sebagai diplomat, Dino aktif dalam dunia politik dan sosial. Ia mendirikan organisasi Indonesia for Global Justice, yang fokus pada pengembangan kapasitas global Indonesia. Selain itu, Dino juga dikenal sebagai pengusaha sukses yang terlibat dalam beberapa perusahaan teknologi dan media.
Ia pun pernah memegang beberapa jabatan strategis sebagai berikut :
- Staf Ahli Menteri Luar Negeri Indonesia (2002–2004)
- Juru Bicara Presiden Republik Indonesia (2004–2006)
- Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Luar Negeri Indonesia (2005–2006)
- Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri Indonesia (2006–2009)
- Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat (2010–2013)
- Founder dan Ketua Indonesia for Global Justice (2013–sekarang)
- Penasehat dan Anggota Dewan Pembina Indonesia Global Foundation (2013–sekarang)
- Wakil Menteri Luar Negeri RI (Juli 2014 - Oktober 2014)
- Ketua Dewan Pengurus Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCW) (tahun 2015)
Pasca pensiun dari dunia pemerintahan, Dino pun berkarir di dunia bisnis dan membangun beberapa organisasi. Ia juga kerap memberikan pernyataan menohok soal pemerintahan dan kondisi politik Indonesia.
Kontributor : Dea Nabila