Suara.com - Saat ini marak artis Indonesia pamer ikut ajang lari half maraton hingga maraton, seperti Raffi Ahmad, Febby Rastanty hingga Ibnu Jamil. Tapi sayangnya tidak banyak yang sadar olahraga maraton bisa bikin aging lebih cepat alias penuaan dini loh.
Master Biomedik dan Wellness Doctor di Sukhavita Clinic, dr. Fanny Imannuddin, M.Biomed ( AAM ), ABAARM menjelaskan, jika half maraton dan maraton adalah olahraga luar ruangan yang membuat pesertanya terekpos sinar matahari dalam waktu lama.
Bukan cuma itu, ajang lari ini juga bisa membuat pelakunya mudah terpapar polusi alias polutan yang merusak kulit, apalagi Jakarta sering berada dalam indeks kualitas udara buruk. Hasilnya kelembapan kulit menurun dan cenderung kering sehingga lapisan kulit mudah rusak.
"Melakukan program maraton, half maraton harus berdekatan dengan sinar matahari terus-terusan, dengan polusi dari udara. Tentunya berakibat buruk ke kulitnya ke faktor humidity, jadi faktor kelembapan di kulit berkurang, terus juga kolagen juga ikut berkurang dengan dratis, karena kan terpapar dengan radikal bebas lebih banyak," ujar dr. Fanny dalam ajang Sukhavita Empower Run 2024 di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (7/12/2024).
Baca Juga: 5 Tips Aman Olahraga Lari dari Dokter, Jangan Sampai Kebablasan!
Half maraton adalah lari jarak jauh dengan jarak sekitar 21,1 kilometer. Sedangkan maraton adalah lari dengan jarak 41 kilometer. Lintasan lari yang panjang ini membuat pelari rerata butuh waktu 2 hingga 8 jam untuk sampai di garis finis.
Inilah sebabnya dr. Fanny yang juga Founder Sukhavita Clinic mengatakan maraton bisa membuat seseorang lebih cepat tua. Ini karena dr. Fanny yang juga seorang pelari kerap menemukan rekannya memiliki banyak kerutan, bahkan bintik hitam karena terlalu sering berlari di luar ruangan.
"Jadi kalau misalkan lihat orang yang maraton atau half maraton kulitnya nggak bagus, kulitnya semua rerata turun, banyak berkerutnya, atau banyak fleknya. Jadi aging (penuaan)nya jauh lebih cepat dan itupun terjadi pada organ tubuhnya," ungkapnya.
Bukan cuma kulit, juga dr. Fanny mengingatkan maraton bisa merusak organ dalam tubuh, karena adanya peningkatan asam laktat (pemecah karbohirat) dan radikal bebas . Ini karena maraton termasuk olahraga intensitas tinggi, sehingga jantung akan dipaksa bekerja ekstra keras.
"Organ-organ ini dipaksa dan ada juga dalam long term jangka panjang pasti akan ada effort untuk organ tubuh itu sendiri, jantung maupun yang lain, sehingga perlu nutrisi khusus untuk maraton," papar dr. Fanny.
Baca Juga: Berapa Banyak Kalori yang Terbakar Saat Lari Maraton?
Ini juga jadi alasan olahraga half maraton hingga maraton tidak bisa dilakukan sembarang orang, karena perlu persiapan yang matang sebelum melakukannnya. Ditambah orang tersebut harus benar-benar mengenal dirinya, apalagi ada beberapa kondisi alias faktor turunan yang dipengaruhi DNA seseorang tidak cocok dalam olahraga tertentu.
Terakhir dr. Fanny menambahkan, olahraga half maraton hingga maraton memang bisa membuat kulit dan tubuh menua lebih cepat. Tapi ia menyarankan para pelari tidak perlu khawatir, karena bisa melakukan langkah pencegahan seperti makan dan pola hidup sesuai identitas tubuh.
Ia juga mengingatkan pentingnya setiap orang agar fokus memperbaiki keindahan dari dalam alias wellness, dan tidak perlu berfokus kecantikan yang merubah karakter dan kepribadian seseorang. Apalagi ia kerap menemukan banyak orang ketagihan lakukan botox hingga filler, yang artinya berfokus pada kosmetik alias makeup.
"Justru mainset yang dibawakan Sukhavita berbeda, jadi kita justru ingin dari dalam. Kulit itu tidak hanya dikoreksiin dengan makeup, tapi justru dari dalam berikan pola nutrisi yang baik, sering mengonsumsi makanan sehat, suplementasi makanan nutrisinya bagus, pola tidur bagus, dan dibarengi seenggaknya, nggak perlu investasi banyak untuk makeup," pungkas dr. Fanny.