Suara.com - Sosok Kiai Ageng Hasan Besari atau Ki Ageng Muhammad Besari menjadi perhatian usai diklaim pendakwah Miftah Maulana sebagai moyangnya. Nama Kiai Besari ternyata bukan kali ini saja menjadi perhatian, beberapa waktu lalu tokoh ini diperbincangkan karena Anies Baswedan.
Penulis Puthut EA mengakui nama besar Kiai Hasan Besari sebagai tokoh tak main-main. Pondok pesantrennya di Ponorogo, konon menjadi tempat menimba ilmu beberapa tokoh besar nusantara.
"Kiai K(hasan) Besari (Ponorogo) itu memang tokoh populer dan kharismatik dari ponpes Tegalsari, Ponorogo. Setisaknya yang pernah saya ingat, dua tokoh besar pernah mondok di sana: Raden Mas Ontowiryo (kelak disebut Pangeran Diponegoro) dan Bagus Burhan yang kelak menjadi pujangga besar: Ronggowarsito," tulis Puthut dikutip dari akun X, Selasa (10/12/2024).
Di era ini, nama Kiai Besari menjadi perbincangan kala rumah kayu bergaya pendopo milik Anies Baswedan terekspos. Rumah itu disinyalir dibeli Anies dari pondok Kiai Besari.
Baca Juga: Direndahkan Gus Miftah, Padahal Yati Pesek Datang Tak Dibayar dan Berniat Cari Ilmu Agama
"Salah satu berita termutakhir terkait Kiai Kasan Besari kalau tidak salah dari Pak Anies Baswedan. Menyangkut rumah kayu yang ada di rumahnya. Dari cerita Pak Anies, rumah kayu yang dibelinya itu ternyata berasal dari rumah /pondok Kiai K(hasan) Besari. Benar atau tidaknya soal rumah tersebut, saya tidak tahu persis," lanjut Puthut EA.
Beberapa waktu lalu, nama Kiai Ageng Hasan Besari memang menjadi sorotan usai Anies Baswedan memasang fotonya tengah duduk di depan sebuah pendopo. Rumah itu disebut-sebut merupakan milik seorang kiai di Ponorogo.
Anggapan ini semakin kuat usai musisi Ahmad Dhani menyebut bahwa genteng dan pendopo rumah mantan Gubernur DKI Jakarta itu milik Ki Ageng Hasan Besari.
“Ada desas-desus, Pemerintahan Ponorogo itu mau minta balik (pendopo rumah Anies Baswedan) atas nama cagar budaya,” ungkap Dhani.
Sementara itu, Anies Baswedan tak menampik jika pendoponya didapat dari kompleks pesantren di Tegalsari, Ponorogo.
Baca Juga: Kalender Drama 2024 Sudah Lengkap! Ini Penjelasan Peristiwa Setiap Bulan
“Dikonstruksi yang tercatat itu (tahun) 1743, Ini dulunya dipakai untuk kegiatan belajar di pondok itu,” kata Anies.
Ia menjelaskan, karena jumlah santri yang semakin banya, pihak pondok pun membuatkan tempat baru sehingga membuat pendopo lama ini terbengkalai. Anies menyebut, yang dijadikan sebagai cagar budaya adalah pondok baru yang dibangun tersebut.
“Sementara yang ini malah terbengkalai, ditinggalkan. Jadi ini ditemukan waktu itu bukan sebagai sebuah joglo, tetapi oleh ahli warisnya itu dijual sebagai kayu bekas. Tidak terawat, sudah puluhan tahun terbengkalai,” beber Anies.
Mantan Mendikbud ini kemudian dititipi oleh salah seorang temannya yang menemukan pondok tersebut.
“Singkat cerita, kemudian ada teman saya yang menemukan. Dia rangkai ulang, kemudian dititipkan ke saya. Ini kalau lihat kayu-kayunya ini, kayunya itu sudah berurat, sudah keriput, ya karena umur. Jadi memang ini agak-agak tua usianya,” tandas Anies.