Suara.com - Nama Miftah Maulana Habiburrahman masih terus menuai kecaman akibat “guyonannya” yang kasar kepada penjual es teh bernama Sunhaji. Sejak itu, jejak digital Gus Miftah terus bermunculan, termasuk aksinya melecehkan sinden senior Yati Pesek di depan umum.
Dari sinilah, banyak orang yang penasaran dengan awal mula Gus Miftah bisa terkenal. Apalagi, ia dikenal sebagai pemuka agama yang sekarang menjabat Utusan Khusus Presiden di Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.
Terungkap, ternyata ini awal mula nama Gus Miftah dikenal luas oleh publik.
Awal mula Gus Miftah terkenal
Baca Juga: Prabowo Sentil Miftah? Video 'Ajaran Ustad' Viral Usai Insiden Olok-olok Penjual Es Teh
Miftah Maulana lahir di Lampung pada 5 Agustus 1981. Meski lahir di Lampung, sosoknya lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu di Yogyakarta dan sekitarnya.
Dengan latar pendidikan yang dimilikinya, Miftah akhirnya mendirikan Pondok Pesantren Ora Aji di Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada 2011 lalu.
Di samping itu, Miftah juga menghabiskan waktunya untuk berdakwah di berbagai kota bahkan di luar negeri. Namun, awal mula namanya terkenal bermula saat video dirinya sedang berdakwah dan melantunkan sholawat di Cafe Boshe, Bali, menjadi viral
Dalam sebuah wawancara pada 2018 lalu, Miftah memang menjelaskan bahwa dirinya sudah lama melakukan kajian agama di klub-klub malam. Dan banyak di antaranya dilakukan di Yogyakarta.
“Saya sudah 8 tahun (isi kajian agama) di Boshe Bali. Di Boshe Yogya juga tiap dua pekan sekali. Dan klub malam lain di Yogya sudah 12–13 tahun ini, jadi kalau dibilang cari sensasi, ya sudah sejak dulu seharusnya,” papar Miftah Maulana.
Baca Juga: Adab Gus Miftah Dibandingkan dengan Coki Pardede, Komika Dark Jokes Dianggap Lebih Berkelas
Kala itu, Miftah memang sempat dituding hanya mencari sensasi. Pasalnya, ia melakukan kajian agama di tempat yang bukan seperti biasanya.
Sementara itu, alasan Miftah memilih kafe dan klub malam untuk berdakwah sempat diungkap dalam penelitian yang dipublikasikan di laman UIN Raden Fatah.
Dalam penelitian ini, Miftah disebut memilih kafe dan klub malam untuk melakukan kajian agama agar bisa mengenalkan Allah pada mereka yang sudah lupa. Cara ini dianggap lembut, penuh kasih sayang, tanpa menghakimi, dan memotivasi prang-orang untuk terus berbuah kebaikan, meski masih sering maksiat.
Pegangan pria berusia 43 tahun ini dalam berdakwah yaitu wenehono ageman marang wong udo, wenehono tongkat marang wong wutho seperti yang digunakan oleh Sunan Drajat. Ungkapan tersebut memiliki arti: "Berikanlah pakaian pada mereka yang telanjang, berikanlah tongkat pada mereka yang buta."
Kontributor : Hillary Sekar Pawestri