Suara.com - Pernyataan lawas Gus Najih yang mengklaim Gus Miftah bukan anak kiai kini kembali viral.
Viralnya klaim bombastis Gus Najih dipantik oleh kontroversi Gus Miftah yang baru-baru ini memicu amarah publik usai menyebut seorang pedagang es teh bodoh.
Berkat kontroversi tersebut, publik mulai mempertanyakan apakah Gus Miftah layak menyandang titel 'gus' yang biasa disematkan pada seorang anak kiai atau ulama.
Adapun Gus Najih dahulu sempat blak-blakan mengungkap bahwa Gus Miftah sebenarnya bukan seorang anak kiai.
Gus Miftah sempat menjelaskan mengapa ia menyandang titel gus, yakni lantaran ia keturunan dari Kiai Ageng Muhammad Besari, pendiri Pesantren Tegalsari.
Gus Najih sontak mengaku apa yang dijelaskan Gus Miftah tidak benar. Tak cukup di situ, Gus Najih mengklaim Gus Miftah sengaja memakai nama gus untuk bisa naik daun.
"Miftah bukan anak kiai. Pakai nama 'Gus' biar tenar dan cepat tenar," ujar Gus Najih dalam video ceramahnya yang viral, dikutip dari X, Kamis (5/12/2024).
Lantas, siapakah sosok Gus Najih sebenarnya?
Gus Najih: Ulama NU, kakak dari Wakil Gubernur Jateng terpilih
Baca Juga: Silsilah Keluarga Gus Iqdam: Keturunan Kiai Kharismatik, Sikapnya Dibandingkan dengan Miftah Maulana
Gus Najih yang bernama asli Muhammad Najih Maimoen tersebut adalah salah satu ulama kondang Nahdlatul Ulama (NU).
Ia lahir dari pasangan Maimun Zubair dan istri. Maimoen Zubair tak lain adalah seorang kiai besar dan seorang tokoh besar NU.
Selain Gus Najih, Maimoen Zubair juga memiliki putra yakni Taj Yasin Maimoen. Sehingga, Gus Najih tak lain adalah kakak dari sosok Wakil Gubernur Jawa Tengah Terpilih tersebut.
Gus Najih merupakan tamatan Madrasah Ghozaliyyah Syafiiyah (MGS) di Karangmangu.
Ia akhirnya merantau ke Makkah, Arab Saudi untuk melanjutkan studinya melalui rekomendasi dari Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki.
Melalui pengajaran al-Maliki, Najih memperdalam ilmu agama. Gus Najih akhirnya pulang ke Tanah Air dan mengabdi di Pondok Pesantren Al-Anwar.
Sebagai seorang ulama, Gus Najih banyak menuangkan pikirannya dengan mengkritisi berbagai ajaran yang dinilai berseberangan, seperti gerakan Wahhabi Syiah, Ahmadiyah,dan Islam Liberal.
Salah satu upayanya memerangi ajaran-ajaran tersebut adalah dengan memberikan amanah ke K.H. Muhammad Idrus Ramli yang terkenal tegas untuk menjabat Ketua Umum Tanfiziyah.
Pemikiran Gus Najih juga tertuang dalam berbagai karya tulis, seperti Sunni, Syiah, Wahhabi, dan Pandangan Masyarakat Pesantren terhadap Perkembangan Aliran-Aliran Keagamaan dalam Masyarakat dan Konspirasi Kelompok Liberal dalam Menghancurkan Umat Islam di Indonesia.
Kontributor : Armand Ilham