UMKM Indonesia Tumbuh Pesat, Brand Lokal Kini Jadi Incaran

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 04 Desember 2024 | 18:03 WIB
UMKM Indonesia Tumbuh Pesat, Brand Lokal Kini Jadi Incaran
Ilustrasi fashion (Pexels/MART PRODUCTION)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Industri UMKM dan brand lokal Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Tidak lagi hanya sebagai alternatif, brand lokal kini menjadi pilihan utama bagi konsumen.

Berdasarkan riset yang dilakukan Hypefast pada ThinkwithHypefast Agustus 2024, 70 persen responden aktif mencari brand lokal saat berbelanja, sementara 90 persen responden telah membeli produk brand lokal dalam tiga bulan terakhir.

Meski peluang besar, tantangan tetap nyata. CEO Hypefast, Achmad Alkatiri, menyoroti ketatnya kompetisi dengan brand global, khususnya dari Tiongkok.

Riset Mad menunjukkan 6 dari 10 konsumen Indonesia belum bisa membedakan produk lokal dari impor Tiongkok. Data Compas dari Shopee dan Tokopedia juga mencatat 4 dari 10 brand kosmetik terlaris saat Ramadan berasal dari Tiongkok.

Baca Juga: Wamen UMKM Ungkap 4 Pilar Sukses Wirausaha untuk Bisnis Berkelanjutan

Diskusi brand dan UMKM Indonesia. (Dok. Istimewa)
Diskusi brand dan UMKM Indonesia. (Dok. Istimewa)

CEO Jacquelle Beauty, Budi Thomas, mengungkapkan menyatakan bahwa tantangan dalam local brand menghadapi kompetisi adalah dari sisi supply dan teknologinya lebih terbatas.

“Customer sudah pintar dan bisa membedakan brand-brand yang kredibel. Sehingga dari sisi brand, bisa fokus membangun reputasinya lewat pengembangan produk yang relevan dengan kebutuhan konsumen. Ini praktik yang terus diupayakan Jacquelle Beauty.”, ungkap Budi.

 Kolaborasi Jacquelle Beauty dan Jazzy lewat Jacquelle Glitter Gloss Tint x Jazzy - Inside Out Edition sukses membangun relevansi dengan Gen Z yang gemar mengekspresikan diri. Produk ini juga menawarkan pengalaman konsumen yang unik—faktor penting dalam keputusan pembelian saat ini.

Jacquelle memanfaatkan kehadiran offline sebagai kunci pertumbuhan, seiring kembalinya preferensi belanja offline di era pasca-pandemi. Data Populix mencatat preferensi belanja offline meningkat lebih dari dua kali lipat, menunjukkan pentingnya pengalaman langsung bagi konsumen.

Dalam diskusi panel,  PLT Head of Retail Kurator Sarinah, Diah Minarni,  menyoroti tantangan UMKM yang kekurangan "lapak" penjualan meski jumlahnya melimpah. Di Jakarta, terdapat 15-20 juta UMKM, dan Sarinah bersama pemerintah kini berfokus memperluas akses tempat usaha bagi mereka.

Baca Juga: Klaim Demi Lindungi Produk UMKM, Pemerintah Siap Bentuk Satgas Impor Barang

Diah juga menekankan pentingnya strategi komunikasi. Sarinah menggunakan pendekatan 7 layer untuk mengidentifikasi target pasar berdasarkan area dan daya beli, strategi yang efektif dalam mendukung pertumbuhan brand lokal.

“Data dan bukti penting untuk memastikan mitra siap ekspansi dan inovasi. Konsumen Indonesia setia pada brand yang konsisten menjawab kebutuhan mereka. Cintai produk lokal harus menjadi budaya, bukan sekadar tagline,” ujar Diah.

Sementara itu, Achmad Alkatiri menyoroti perlunya pendekatan hyperlokal oleh brand lokal, terutama karena produk Tiongkok kini mendominasi 7 dari 10 toko di daerah.

"Local brand perlu lebih agresif dengan strategi hyperlokal, tidak hanya mengandalkan channel mainstream,” tegasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI