Suara.com - Adab buruk Gus Miftah Maulana ke penjual es teh membuat nama Gus Baha ikut disorot hingga trending di media sosial X. Sosok Gus Baha dinilai jauh lebih baik karena selalu menunjukkan perilaku yang menyejukkan hati sampai orang lain merasa kagum.
"Ulama yang saya kagumi, bikin adem. Sehat selalu nggeh Gus Baha," tulis salah seorang warganet soal Gus Baha, Selasa (3/12/2024).
Selain itu, Rumail Abbas mengungkap perbedaan tarif ceramah Gus Miftah dan Gus Baha. Ia menyebut Gus Baha yang siap mengisi dakwah diberi Rp 2 juta. Ia juga tidak ingin dijemput oleh orang yang mengundang.
Di sisi lain, perbedaan adab dan tarif tersebut membuat silsilah keluarga Gus Baha ikut menuai sorotan. Sosoknya ini diketahui memang merupakan turunan ulama ahli Al-Qur'an dan berikut rangkumannya.
Baca Juga: Jazilul PKB Sebut Gus Miftah Kebablasan Ejek Penjual Es: Beliau Memang Dikenal Kiai Urakan
Silsilah Keluarga Gus Baha
Pemilik nama lengkap Ahamd Baha’uddin Nursalim itu merupakan ulama dengan latar belakang pendidikan nonformal dan tanpa gelar. Adapun posisinya di Dewan Tafsir Nasional yakni sebagai Mufassir Faqih.
Selain itu, Gus Baha juga merupakan Faqihul Qur’an yang tugasnya menafsirkan kandungan fikih dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an. Soal profilnya, ia lahir di Rembang, Jawa Tengah pada 29 September 1970.
Ia merupakan putra dari pasangan KH. Nursalim al-Hafizh dan Hj. Yuchanidz Nursalim. Ayahnya adalah seorang ulama ahli Al-Qur’an sekaligus pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidzul Qur'an LP3IA.
Dalam keluarga ayahnya, Gus Baha adalah generasi keempat sebagai ulama ahli Al-Qur’an. Kemampuan ini diperoleh dari pengalaman belajar kitab suci Al-Qur'an bersama sang ayah sejak ia masih kecil.
Baca Juga: Belum Laporkan Kekayaan ke LHKPN, Jam Tangan Mewah Ratusan Juta Gus Miftah Tuai Sorotan Publik
Sementara dari silsilah ibundanya, Gus Baha termasuk ke dalam keluarga besar ulama Lasem. Keturunan ini diketahui berasal dari Bani Mbah Abdurrahman Basyaiban atau yang lebih dikenal sebagai Mbah Sambu.
Gus Baha kemudian meminang seorang perempuan bernama Ning Winda. Istrinya ini merupakan anak kiai dari Ponpes Sidogiri di Pasuruan, Jawa Timur. Usai menikah, keduanya memilih tinggal di Yogyakarta.
Akibat kepindahan itu, banyak santri yang merasa kehilangan bahkan sampai menyusul Gus Baha hanya untuk belajar mengaji. Sosoknya ini memang dicintai dan dikagumi karena gayanya yang juga sederhana.
Adab Gus Baha ke Pedagang Ayam
Berbeda dari Gus Miftah, Gus Baha justru diriwayatkan sebagai sosok yang bersikap lemah lembut kepada pedagang kecil. Hal ini diketahui saat ia berinteraksi dengan penjual ayam kampung pada hari ke-2 Lebaran.
Ketika melihat pedagang ayam kampung di Pasar Kragan kembali berjualan di hari kedua Lebaran, Gus Baha tak kuasa menahan tangisnya. Ia lantas membeli ayam sebanyak Rp200 ribu meski dirinya tidak terlalu butuh.
"Ya Allah, jika orang tidak menjadi kiai, tanggal 2 Syawal sudah mencari uang," ucap Gus Baha kepada penjual ayam tersebut.
Ia lalu diinterogasi kedua putrinya soal alasan membeli ayam potong sebanyak Rp200 ribu padahal tidak dibutuhkan. Gus Baha mengatakan ini sebagai pengingat bahwa ada yang sudah mencari uang di tanggal 2 Syawal.
"Ya (membeli ayamnya) untuk dijadikan pelajaran bahwa tanggal 2 Syawal orang-orang sudah mencari uang," tandas Gus Baha.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti