Suara.com - Sikap Gus Miftah yang dituding menghina pedagang es teh di depan umum kini membuat publik geleng-geleng kepala.
Bagaimana tidak? Pria bernama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman tersebut menyebutkan kata-kata yang bernada merendahkan kepada seorang pedagang es kala menggelar pengajiannya.
Ia sempat melontarkan kata 'bodoh' lantaran si pedagang es teh tak kunjung menjual dagangannya hingga habis.
"Es tehmu masih banyak? Masih, ya sana dijual, g*bl*k," kata Gus Miftah dalam bahasa Jawa, dikutip dari video viral yang beredar di X, dikutip Selasa (3/12/2024).
Baca Juga: Hukum Mempermalukan Orang Lain di Depan Umum Menurut Islam: Aksi Gus Miftah ke Penjual Es Teh
Publik sontak bersimpati kepada sosok pedagang es tersebut yang tampak menunjukkan ekspresi sedih ketika mendengar komentar Gus Miftah.
Adapun di satu sisi, publik juga menyayangkan Gus Miftah yang punya silsilah keluarga mentereng namun dinilai tak punya adab bertutur kata yang baik.
Lantas, seperti apa silsilah keluarga Gus Miftah?
Keturunan ulama besar Ponorogo
Gus Miftah lahir di Adiluhur, Jabung, Lampung Timur dari pasangan Muhammad Murodi dan istri.
Baca Juga: Belajar dari Kontroversi Guyonan Gus Miftah ke Penjual Es Teh, Ini Adab Bercanda dalam Islam
Menurut pengakuan Gus Miftah, Muhammad Murodi masih satu nasab alias jalur keturunan dengan sosok Kiai Ageng Muhammad Besari.
Muhammad Besari tak lain adalah pendiri salah satu pesantren bersejarah, Pesantren Tegalsari.
Perjuangan Muhammad Besari dalam mendirikan Pesantren Tegalsari terbilang hebat. Ia melakukan babat alas atau mengolah lahan yang semula hutan yang terletak di kaki Pegunungan Wilis.
Awalnya, Muhammad Besari mendirikan pertapaan yang berada di kaki gunung tersebut.
Lambat laun, kisah spiritual Muhammad Besari sampai ke telinga masyarakat yang akhirnya berbondong-bondong untuk berguru kepadanya. Ia akhirnya mendirikan kampung Tegalsari yang juga menjadi cikal bakal Pesantren Tegalsari.
Lanjutkan perjuangan Kiai Besari
Gus Miftah akhirnya melanjutkan semangat Kiai Besari dalam menyebarluaskan ajaran Islam.
Ia terlebih dahulu menimba ilmu di program studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Islam Sultan Agung Semarang dan lulus dengan gelar Sarjana Pendidikan.
Baru pada tahun 2011, Gus Miftah mendirikan Pesantren Ora Aji di Sleman.
Gus Miftah memang kerap menuai kontroversi atas gaya dakwahnya yang nyentrik namun bertujuan untuk menggandeng kaum marjinal.
Ia bahkan sempat berdakwah di kawasan lokalisasi di Yogyakarta, Pasar Kembang (Sarkem) dan beberapa klub malam.
Kontributor : Armand Ilham