Suara.com - Jarang yang tahu kalau Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta merupakan provinsi dengan penduduk paling panjang umur di Indonesia. Ini karena angka harapan hidup (AHH) Yogyakarta melampaui rerata usia orang Indonesia. Kira-kira apa ya penyebabnya?
Hal ini sesuai dengan data terbaru Badan Pusat Stastistik (BPS) pada 2023 menunjukan angka harapan hidup lelaki di Yogyakarta berada di usia 73,40 tahun dan perempuan pada usia 77,03 tahun. Usia rerata angka harapan hidup ini meningkat dibanding 2022, lelaki di usia 73,28 tahun dan perempuan rerata berusia 76,93 tahun.
Angka ini jauh melampaui angka rerata harapan hidup masyarakat Indonesia pada 2023, usia perempuan di angka 74,18 tahun dan lelaki di angka 70,17 tahun.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jogja Agus Tri Haryono pada September 2023 sempat mengatakan adanya Komisi Lansia di tiap kelurahan, jadi salah satu alasan para lansia berumur panjang. Komisi inilah yang kata Agus, mampu mewadahi lansia terlibat dalam pemerintahan.
Baca Juga: Alasan Pilkada atau Pilgub Tidak Digelar di DI Yogyakarta
"Jadi praktik-praktik baik yang sudah ada ini merupakan bagian dari aktivitas yang memang seharusnya dilakukan nantinya,” papar Agus.
Hasilnya dengan program ini, lansia bisa lebih berdaya dan tetap bisa beraktivitas 'normal' di usia senja, sehingga punya tubuh dan pikiran yang lebih sehat yang akhirnya membuat mereka panjang umur.
Berkaca dari fenomena ini, Founder Widya Genomic Nusantara Kiwi Aliwarga mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan sejak usia muda agar bisa panjang umur dan berdaya di usia senja. Salah satunya dengan cara mengetahui kondisi kesehatan dengan melihat laju penuaan, bisa dengan cara melakukan uji epigenetika.
Uji epigenetika adalah analisis perubahan ekspresi gen yang dipengaruhi lingkungan dan gaya hidup. Melalui uji ini, seseorang bisa mengetahui seberapa sehat gaya hidupnya hingga perbaikan gaya hidup yang perlu dolakukan agar bisa hidup lebih sehat.
Metode uji yang sudah disediakan perusahaan teknologi kesehatan dalam negeri, Widya Genomic ini menggunakan tiga indikator yaitu usia biologis, panjang telomer alias susunan DNA yang berulang, dan laju penuaan atau kecepatan sel untuk menua.
Baca Juga: Usaha Pandam Adiwastra Janaloka Menjaga, Mengenalkan Batik Nitik Yogyakarta
“Kita semua pasti menua tapi gimana kondisi kita ketika menua? Kita gak mau jadi orangtua yang renta ‘kan? Kita mau tetep sehat di usia senja ‘kan? Ini lah alasan kenapa kami berdiri, kami punya impian sederhana untuk bisa hidup lebih lama dengan kesehatan yang tetap prima di usia senja," ungkap Kiwi melalui keterangan yang diterima suara.com, Jumat (29/11/2024).
Kiwi mengatakan dengan uji epigenetika yang sudah di Yogyakarta, maka orang tersebut bisa lebih mengenali karakter tubuh agar bisa bekerja secara optimal.
Apalagi menurut selaku CEO Widya Genomic Nusantara, Risa Shofia uji epigenetika ini sudah lebih dulu jadi tren di Amerika Serikat, hingga menciptakan kompetisi yang mendorong orang untuk saling memberikan semangat menjalani gaya hidup sehat dan melawan efek negatif penuaan.
"Coba bayangin kalau mobil Formula 1 diisi Pertalite dan dipakai di jalanan yang macet, kira-kira cepet rusak gak? Tubuh kita juga begitu. That’s why, kita perlu mengenali karakter tubuh kita lewat tes DNA. Selain itu, kami juga bermitra dengan Widya Herbal Indonesia untuk menyediakan suplemen herbal berkualitas tinggi yang akan membuat tubuh bekerja optimal, bisa lebih sehat, dan semoga bisa hidup lebih lama," pungkas Risa.