Suara.com - Matcha dan green tea saat ini semakin digandrungi kawula muda. Tapi cuma sedikit orang yang tahu perbedaan dua minuman Jepang tersebut, meski sama-sama berwarna hijau.
Matcha Expert sekaligus Owner dan CEO Uji Matcha, Merisha Ayu Permata Putri mengatakan matcha dan green tea berasal dari tumbuhan yang sama yakni camelia sinensis, hanya saja alasan dibalik kepekatan warna hijau green tea dan matcha yang berbeda dipengaruhi oleh proses shading.
Camellia sinensis adalah spesies tanaman yang daun dan pucuk daunnya digunakan untuk membuat teh, seperti teh hitam, teh hijau, teh putih, teh oolong dan teh pu-erh.
"Kalau matcha dan green tea berasal dari tumbuhan yang sama, yaitu camelia sinensis bahasa latinnya. Yang bedakan itu prosesnya, greentea dalam prosesnya itu tidak melalui proses shading. Sedangkan matcha dalam prosesnya melalui proses shading 3 sampai 4 minggu," ujar Merisha dalam acara opening kafe pertama Uji Matcha di Pakuwon Mall Bekasi, Jawa Barat, Jumat (22/11/2024).
Baca Juga: 6 Tips Konsumsi Minuman Kesehatan untuk Turunkan Berat Berat Badan: Konsistensi Tetap Utama
Shading adalah proses memberi cover pada tanaman tertentu, agar tidak langsung terpapar langsung dengan sinar matahari.
Proses shading ini yang kata Merisha berhasil menciptakan warna hijau yang lebih pekat, hingga membuat kandungan nutrisi dalam daun teh tersebut lebih banyak dibandingkan green tea.
"Saat tidak terekpos langsung maka proses fotosintesis terjadi, jadi daunnya itu jadi lebih hijau, rasa dan nutrisi jadi lebih bagus atau lebih banyak juga," ujar Merisha yang juga seorang pecinta Matcha sejak 2007 silam.
Perempuan yang baru saja meresmikan kafe Uji Matcha pertama di Bekasi atau tepatnya di Pakuwon Mall Bekasi lantai 3 ini juga menjelaskan, kualitas dari sebuah matcha tidak dipengaruhi jenis kultivar atau jenis bibit dari daun teh camellia sinensis, tapi proses yang dilakukan pada tumbuhan tersebut hingga akhirnya berubah jadi matcha. Sehingga kata dia, rasa pahit atau creamy pada matcha bukan penilaian terpenting.
"Itu bukan tolok ukur, tap proses di belakangnya, shading berapa lama, single kultivar atua bukan atau diprospeknya sama siapa," papar Merisha.
Baca Juga: Resep 'Gila' Kirana Larasati yang Kombinasikan Udang dan Matcha, Bagaimana Rasanya?
Di sisi lain, Merisha juga melihat tren penikmat matcha di Indonesia sudah semakin besar, khususnya di kalangan anak muda. Inilah sebabnya ia menghadirkan sensasi menyantap berbagai olahan matcha dari mulai minuman teh asli dari varian harumi matcha seperti minuman, dessert seperti daifuku dengan isian pistachio paste, cokelat putih, dan kunafa. Bahkan penggemar matcha juga bisa mencicipi gelato matcha yang bubuknya dibawa langsung dari Jepang.
"Saat ini orang sudah tereduksi antara matcha dan green tea, saat ini gen Z juga banyak yang suka matcha, jadi banyak brand bermunculan untuk matcha, itu yang beda kita pakai matcha harumi. Jadi bukan sekadar kultivar, created dan produsernya, jadi customer respek sama kualitas diberikan," jelas Merisha.
Lebih lanjut, Merisha juga mengatakan agar para pecinta matcha bisa mendapat pengalaman tambahan saat menikmati minuman hijau ini, di kafe Uji Matcha pertama di Bekasi ini pengunjung akan diberikan edukasi seputar matcha dan karakternya. Bahkan para staf juga secara khusus bisa mengedukasi pengujung bagaimana cara meminum teh ala Jepang, sehingga bisa lebih menambah wawasan.
"Ini kita jelaskan juga di uji macha, kita akan mengajrkan cara menikmati ocha dan hojicha. Tradisi minum teh itu ada chanoyu atau sadou. Nah, bukan sekadar minum saja tapi ada manner (tata krama) yang harus diikuti, termasuk ketika manu minum terimakasih sudah menyediakan teh ini, dan segala macam, pakai kata penutup arigatou gozaimasu," pungkas Merisha.