Suara.com - Wacana pemerintah yang bakal naikan pajak pertambahan nilai (ppn) menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025 menuai pro dan kontra.
Pendapatan menengah ke bawah merasa cukup terbebani dengan kenaikan ppn yang disebut sesuai UU nomor 7 tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) itu. Imbas kenaikan ppn, publik belakangan menyebut-nyebut soal frugal living.
Frugal living sendiri merupakan gaya hidup hemat atau irit demi bisa menabung lebih banyak di era ketidakpastian ekonomi ini.
Melansir dari laman Kemenkeu, Frugal Living diartikan sebagai konsep di mana seseorang mengalokasikan dana yang dimiliki dengan kesadaran penuh (mindfull) dengan pertimbangan dan analisis yang baik disertai dengan strategi pencapaian tujuan keuangan masa depan yang jelas.
Baca Juga: Laba Bersih Tembus Rp 18,7 Triliun di Q3 2024, Kinerja Segmen Gaya Hidup LPKR Tumbuh Signifikan
Sederhananya, orang yang memilih frugal living akan memilih masak sendiri dan membawa bekal ketimbang beli makanan di luar. Mereka juga tak membuang-buang uang hanya demi mengikuti tren.
Soal frugal living, Kemenkeu yang bakal menaikan pajak itu sempat memberikan 5 tips irit di tengah ketidakpastian, seperti apa?
5 Tips Frugal Living dari Kemenkeu
Dilansir dari laman resmi Kemenkeu, berikut lima tips frugal living, antara lain:
1. Memiliki tujuan finansial (financial goals) yang jelas dan masuk akal
Tujuan keuangan dianggap dapat meningkatkan kualitas kehidupan. Menurut Kemenkeu, merumuskan financial goals akan membantu memastikan tujuan keuangan. Hal ini agar bsa mencapai tujuan keuangan seperti dana membeli rumah, pendidikan, dan lain sebagainya.
2. Analisis kebutuhan vs keinginan
Baca Juga: Larangan Ekspor Tembaga Berlaku 2025, Kemenkeu Ungkap Dampak Positifnya
Menganalisis kebutuhan dan keinginan perlu dianalisis dengan baik agar pengeluaran tidak jeblok. Kebutuhan adalah sesuatu yang Anda butuhkan atau primer sementara pengeluaran untuk keinginan bisa jadi hanya untuk memenuhi gaya hidup.
3. Hindari utang konsumtif
Kondisi keuangan bisa berantakan jika membeli barang konsumtif bahkan dengan cara kredit atau berhutang.
4. Tidak terpengaruh tren
Terus menerus mengikuti perkembangan tren mulai dari fesyen hingga gawai merupakan hal yang bertentangan dengan konsep frugal living. Jika selalu haus mengikuti tren, tentu keuangan akan berantakan.
5. Kesadaran pada masa depan
Konsep frugal living tidak hanya untuk kebaikan diri sendiri, tapi untuk keberlangsungan bumi dan masa depan. Sehingga orang yang menganut frugal living juga peduli soal keberlanjutan.