Undang Warga di Rumah Dinas, Kemiripan Taktik Ridwan Kamil dengan Belanda saat Tangkap Pangeran Diponegoro

Farah Nabilla Suara.Com
Sabtu, 23 November 2024 | 19:21 WIB
Undang Warga di Rumah Dinas, Kemiripan Taktik Ridwan Kamil dengan Belanda saat Tangkap Pangeran Diponegoro
Ridwan Kamil. [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Aktivis sekaligus pegiat media sosial, Elisa Sutanudjaja buka suara soal Calon Gubernur DKI Jakarta, Ridwan Kamil. Ia menyebut mantan Gubernur Jawa Barat itu membuat daftar hadir buka puasa bersama menjadi catatan nama penduduk yang digusur.

"Halah kayak Ridwan Kamil bisa dipercaya aja. Pake nangis2 di depan warga, eh digusur paksa. Ngundang warga bukber di Rumah Dinas, eh daftar hadir dipakai jd daftar gusur. Ditambah dari debat kemarin keciri sekali gak paham Jakarta dan kosong soal perkotaannya," tulis Elisa Sutanudjaja melalui akun X @elisa_jkt, dikutip Sabtu (23/11/2024).

Cuitan tersebut kemudian ditanggapi oleh pengamat politik, Kenzie Ryvantya. Ia mengatakan apa yang dilakukan Ridwan Kamil itu mirip dengan taktik Belanda saat menangkap Pangeran Diponegoro.

"Eh, bentar. Diundang ke rumah dinas, di bulan Ramadan, duduk bareng buat "ramah tamah", tapi ujungnya dijebak? Sama persis kayak taktik Belanda buat nangkep Pangeran Diponegoro?," respons Kenzie pada akun @kenzie_sr yang juga dikutip Sabtu.

Baca Juga: Jokowi Pilih Kampanyekan Ahmad Luthfi-Taj Yasin Ketimbang, RK-Suswono di Jakarta

Kemiripan Taktik RK dengan Belanda saat Jebak Pangeran Diponegoro 

Hari kedua Syawal, tepatnya pada 28 Maret 1830, Pangeran Diponegoro pergi ke Magelang. Keberangkatannya ini untuk memenuhi undangan Hendrik Merkus Baron De Kock, panglima Belanda dalam Perang Jawa.

Sebelumnya, pada bulan Ramadan, Diponegoro dan De Kock bertemu sebanyak tiga kali. Pertemuan itu berlangsung dalam suasana yang santai. Keduanya bahkan saling bertukar canda dan sama-sama senang.

Keduanya saat itu masih berkabung atas kematian istri masing-masing. Dikarenakan adanya kesamaan nasib tersebut, Diponegoro dan De Kock merasa hubungan mereka dekat satu dengan lainnya seperti sahabat karib.

Oleh karenanya, Pangeran Diponegoro tidak ragu untuk datang pada satu hari setelah Lebaran, meski  saat itu dirinya tak membawa pasukan yang besar. Ia hanya membawa sedikit orang kepercayaan dan pengikut.

Baca Juga: Andil Tijjani Reijnders di Balik Keputusan Eliano Reijnders Pilih Timnas Indonesia

Sementara itu, De Kock malah sudah mengatur jebakan serta strategi penangkapan, termasuk para pasukan. Kereta untuk Diponegoro ke Batavia dan pengasingannya di Sulawesi pun telah disiapkan.

“Sebaiknya Tuan tidak usah kembali ke Metesih, tinggal disini saja” kata De Kock membuka obrolan.

“Mengapa saya tidak diizinkan kembali? Apa yang harus saya lakukan di sini? Saya hanya datang untuk beramah-tamah, seperti kebanyakan orang Jawa setelah akhir bulan puasa,” ujar Diponegoro.

"Saya akan menahanmu agar masalah selama ini lekas selesai," jelas De Kock.

Keduanya sempat adu mulut bahkan disebutkan Diponegoro ada hasrat ingin membunuh De Kock dengan kerisnya. Namun, ia mengurungkan niat itu karena pengamuk bukanlah kepribadian seorang pangeran Keraton Yogyakarta.

Adapun jebakan di hari Lebaran itu mengakhiri Perang Jawa yang sudah berjalan lima tahun. Perang yang menyatukan seluruh lapisan masyarakat tersebut membuat keuangan pemerintah Kolonial menipis dan hampir bangkrut.

Taktik yang dipakai Belanda itu dianggap mirip dengan cara Ridwan Kamil. Kang Emil --begitu ia disapa--, mengundang warga untuk buka puasa bersama di rumah dinasnya. Namun, daftar nama yang hadir justru berubah menjadi catatan gusuran.

Kontributor : Xandra Junia Indriasti

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI