Suara.com - Kevin Diks Bakarbessy menjadi salah satu diaspora Indonesia yang belakangan menarik perhatian. Pesepak bola kelahiran 1996 itu tampil apik saat debutnya dalam pertandingan Timnas Indonesia melawan Jepang di Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada 15 November 2024.
Sama seperti kebanyakan diaspora Indonesia yang lain, fakta seputar Kevin Diks pun ramai dicari tahu. Terutama soal makanan Indonesia favorit Kevin Diks. Dalam sebuah wawancara, bek keturunan Maluku itu ternyata mengaku suka dengan beberapa makanan Nusantara, salah satunya adalah papeda.
Belakangan video yang berisi momen Kevin Diks mengaku suka papeda viral di TikTok usai dibagikan ulang oleh akun alegriiaa. Awalnya, bek FC Copenhagen itu ditanya-tanya soal makanan Indonesia favoritnya. Ia lantas mengaku biasa menyantap papeda ketika makan bersama keluarga.
"Kamu tahu papeda? Kadang-kadang aku makan itu. Tapi jarang banget. Biasanya kalau ada makan besar keluarga dan kita makan itu pakai ikan," jelas Kevin Diks menggunakan bahasa Inggris, dilansir dari TikTok alegriiaa pada Kamis (21/11/2024).
Baca Juga: Demi Datangkan Kevin Diks, Klub Bundesliga Jerman Rela Tendang Pemain Timnas Jepang
Papeda sendiri merupakan makanan khas Nusantara yang menyimpan filosofi cukup mendalam. Kira-kira, seperti apa filosofi papeda, sajian khas yang ternyata sangat dinikmati oleh Kevin Diks dan keluarga? Simak berikut ini.
Sejarah dan Serba-serbi Papeda
Merangkum dari laman resmi indonesia.go.id, papeda merupakan makanan yang berbahan dasar sagu. Makanan ini memiliki tekstur menyerupai gel warna putih bening.
Papeda diketahui sebagai makanan khas masyarakat Papua, Maluku, dan beberapa daerah di Sulawesi. Menurut bahasa Inanwatan (bahasa Papua), papeda biasa disebut dengan dao.
Kalau soal sejarahnya, papeda dulu dikenal luas di kalangan masyarakat adat Sentanu dan Abrab di Danau Sentani dan Arso, juga Manokwari. Biasanya sajian ini disuguhkan di acara-acara penting mereka. Tapi kekinian papeda bisa dinikmati kapan saja, tidak hanya saat ada acara penting.
Baca Juga: Kevin Diks Absen Lawan Arab Saudi, Sandy Walsh Opsi Terakhir Bek Kanan?
Soal rasa, papeda cenderung tawar sehingga biasanya disajikan dengan paduan berbagai lauk, seperti ikan kuah kuning. Ada juga yang menikmati papeda dengan sayur ganemo (sayu daun melinjo muda).
Filosofi Papeda
Tidak hanya lezat disantap, papeda ternyata juga menyimpan filosofi yang cukup mendalam. Semua filosofi tersebut terpancar dalam peralatan makan papeda serta momen menyantapnya bersama keluarga.
Merangkum berbagai sumber, biasanya papeda disantap menggunakan helai (peralatan makan tradisional yang terbuat dari kayu) dan hote (piring kayu). Semua anggota keluarga biasanya memakai hote dan helai yang sama ketika menyantap papeda.
Masyarakat Sentani menyebut tradisi makan papeda dari satu piring dan menggunakan helai yang sama sebagai helai mbai hote mbai (mbai berarti satu). Filosofi dari tradisi ini adalah makan bersama keluarga bisa menjadi cerita untuk anak dan cucu di masa depan.
Acara makan bersama juga bisa memperkuat ikatan keluarga serta menjadi sarana diskusi antara orang dan anak. Berdasarkan filosofi ini, tidak heran kalau papeda dan tradisi menyantapnya bersama keluarga bisa menjadi momen yang sangat hangat serta berharga.