Suara.com - Wanita perlu memperhatikan perubahan hormonal yang dapat meningkatkan risiko osteoporosis atau penurunan kesehatan tulang, saat memasuki masa menopause.
Risiko ini terjadi akibat turunnya kadar hormon estrogen yang mempengaruhi kekuatan dan kepadatan tulang wanita menopause.
Kepala Teknis Zona Timur dan Ahli Patologi di Apollo Diagnostic, Kolkata, Abhik Banerjee mengatakan, osteoporosis adalah kondisi umum pada wanita menopause yang menyebabkan tulang menjadi lemah dan mudah patah.
“Komplikasi menopause termasuk penyakit jantung, penurunan dorongan seks, penambahan berat badan, dan patah tulang akibat osteoporosis yang menyulitkan banyak wanita,” ujarnya, Kamis (7/11/2024).
Selain osteoporosis, fluktuasi hormon selama menopause juga memicu gejala seperti menstruasi tidak teratur, hot flashes, kekeringan vagina, perubahan suasana hati, hingga kabut otak.
Osteoporosis dapat menyebabkan patah tulang bahkan hanya karena aktivitas sederhana, seperti membungkuk atau batuk.
Beberapa faktor risiko osteoporosis antara lain usia lanjut, riwayat keluarga, tubuh yang kecil, merokok, gangguan endokrin seperti penyakit tiroid atau diabetes, serta pola hidup tidak sehat.
Banerjee menekankan bahwa ketidakseimbangan hormon estrogen saat menopause menjadi penyebab utama menurunnya kesehatan tulang.
Untuk mengurangi risiko osteoporosis, wanita menopause disarankan mengadopsi gaya hidup aktif, menghindari kebiasaan merokok dan alkohol, melakukan latihan berdampak rendah serta latihan kekuatan secara rutin.
Konsumsi suplemen kalsium dan vitamin D sesuai anjuran dokter juga sangat penting untuk menjaga kesehatan tulang selama fase menopause ini.
Pemeriksaan rutin seperti pemindaian kepadatan tulang menggunakan DXA dan tes kalsium dan vitamin D akan membantu wanita mengetahui kondisi kepadatan mineral tulang mereka. (antara)