Suara.com - Tren eco beauty kian populer, di mana produk-produk perawatan kulit dan tubuh dibuat dengan bahan-bahan alami dan ramah lingkungan. Produk-produk ini tidak hanya memberikan manfaat bagi kulit, tetapi juga meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Produk eco beauty menggunakan bahan-bahan alami seperti ekstrak tumbuhan, minyak esensial, dan bahan-bahan organik lainnya yang lebih lembut pada kulit dan tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Proses produksinya juga dirancang untuk meminimalkan limbah, menggunakan energi terbarukan, dan tidak melibatkan pengujian pada hewan.
Bahan-bahan alami dalam produk eco beauty seringkali memiliki sifat antioksidan, anti-inflamasi, dan melembapkan yang baik untuk kesehatan kulit jangka panjang. Dan dengan memilih produk eco beauty, Anda turut mendukung praktik pertanian berkelanjutan dan menjaga kelestarian alam.
Bali, sebagai salah satu destinasi wisata yang menawarkan tradisi dan keindahan alam luar biasa, diketahui merupakan salah satu wilayah yang menghasilkan produk-produk eco beauty beragam. Untuk membantu memajukan produk lokal ini, Tim Dosen LSPR Institute menggelar kegiatan penyuluhan dan pendampingan bertajuk “Penerapan Plantable Packaging dan Green Interactive Mobile Apps untuk Meningkatkan Branding Sustainability EcoTourism pada Produk Kecantikan Eco Enzym.”
Baca Juga: Adu Gaya Belanja Generasi Milenial VS Gen Z: Siapa yang Paling Royal?
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan membimbing penerapan inovasi ramah lingkungan sebagai langkah strategis dalam membangun daya saing produk lokal Bali Tangi -- yang menjadi mitra acara -- di pasar eco-tourism yang kian berkembang.
Salah satu materi yang disampaikan adalah mengenai Plantable Packaging, yang memperkenalkan konsep kemasan yang terbuat dari tanaman yang dapat ditanam kembali setelah digunakan. Inovasi ini diharapkan mampu menarik minat konsumen yang semakin sadar akan pentingnya kelestarian alam.
“Plantable packaging ini bukan sekadar kemasan, tetapi juga simbol kepedulian terhadap lingkungan,” ujar Rani Chandra Oktaviani selaku pemateri.
Materi lainnya yang disampaikan adalah pengenalan potensi eco-tourism. Tim dosen LSPR menjelaskan tentang bagaimana produk kecantikan berbasis eco enzym dari Bali Tangi dapat menjadi bagian penting dalam mengembangkan sektor ekowisata Bali.
Jati Paras Ayu selaku pemateri menegaskan bahwa, “Melalui branding yang kuat dan mengedepankan nilai-nilai ramah lingkungan, produk Bali Tangi diharapkan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang mencari pengalaman pariwisata yang berkelanjutan dan autentik.”
Baca Juga: Berburu Lipstik hingga Skin Care di Hari Terakhir Jakarta X Beauty 2024
Tim dosen memberikan panduan tentang elemen-elemen desain yang menarik dan ramah lingkungan, yang diharapkan dapat memperkuat daya tarik produk di mata konsumen. Kemasan yang menarik dan fungsional menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi pemasaran yang efektif, apalagi di era di mana konsumen semakin peduli pada produk-produk yang mendukung prinsip keberlanjutan.
Sesi terakhir adalah pelatihan pemasaran digital, di mana dijelaskan berbagai strategi yang relevan bagi produk Bali Tangi. Di era digital ini, pemasaran secara daring menjadi sangat penting, terutama dalam menjangkau pasar yang lebih luas. Pemanfaatan media sosial dan platform digital lainnya untuk memperkuat branding dan memperluas jangkauan pasar produk eco-tourism sangat penting dilakukan.
Ibu Yuliani Djajanegara, founder Bali Tangi yang menjadi mitra, berharap bahwa acara ini dapat membantu memajukan produk eco beauty di Bali dan berharap nantinya kerjasama ini dapat berjalan secara berkelanjutan. Dengan penyuluhan dan pendampingan ini, diharapkan Bali Tangi dapat terus berkembang dan mengambil peran aktif dalam mendukung pariwisata berkelanjutan di Bali, sekaligus mendukung Bali sebagai destinasi eco-tourism yang mendunia.