Mitos Legenda Gunung Lewotobi, Gunung Api Kembar di Dataran NTT

Vania Rossa Suara.Com
Selasa, 05 November 2024 | 17:22 WIB
Mitos Legenda Gunung Lewotobi, Gunung Api Kembar di Dataran NTT
Asap terlihat mengepul dari Gunung Lewotobi Laki-Laki di Desa Klatanlo, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Senin (4/11/2024). [ARNOLD WELIANTO / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), meletus pada Senin (04/11) dini hari. Sedikitnya 10 orang tewas, puluhan lainnya luka-luka, serta sejumlah bangunan terbakar akibat 'hujan material' dari letusan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada tujuh desa yang terdampak erupsi gunung api ini. Enam desa terdampak di Kecamatan Wulanggitang, yaitu Desa Pululera, Nawokote, Hokeng Jaya, Klatanlo, Boru dan Boru Kedang. Kemudian satu desa di Kecamatan Ile Bura, yakni Desa Dulipali.

Empat bandara di Pulau Flores tidak beroperasi sementara akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki. Keempat bandara tersebut yakni Bandara H Hasan Aroeboesman di Kabupaten Ende, Bandara Soa Bajawa, Bandara Gewayantana Larantuka, dan Bandara Frans Seda Maumere, Kabupaten Sikka.

Gunung Lewotobi merupakan gunung api kembar di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Gunung memiliki dua puncak dengan ketinggian berbeda, keduanya sering disebut sebagai warga lokal sebagai suami dan istri. Oleh karenanya, kedua gunung dikenal pula sebagai Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Lewotobi Perempuan. Kedua gunung terpisah jarak sekitar 2 km. Gunung Lewotobi laki-laki berketinggian sekitar 1584 mdpl, sementara Gunung Lewotobi perempuan berketinggian sekitar 1703 mdpl.

Baca Juga: Dramatis! Kepala BNPB dan Wamensos Harus Lewat Jalur Laut Buat Sambangi Pengungsi Lewotobi

Penamaan kedua gunung oleh masyarakat sekitar berkaitan dengan legenda Gunung Lewotobi itu sendiri. Seperti apa mitos legenda Gunung Lewotobi?

Mitos Legenda Gunung Lewotobi

Berdasarkan cerita rakyat, Gunung Lewotobi memiliki nama asli Ile Bele artinya Gunung Besar, diyakini sebagai nenek moyang Gunung Lewotobi Laki-laki dan Perempuan. Meskipun tidak ada catatan resmi mengenai kisah legenda Gunung Lewotobi, tetapi cerita rakyat setempat memang menarik untuk disimak.

Tuan tanah Suku Paka sekaligus pemilik Gunung Lewotobi, Tobias Lewotobi Puka, berkisah bahwa gunung kembar bernama asli Ile Bele itu berasal usul dari dua suku. Nama Ile Bele sendiri terdiri atas Ile Lake yang artinya Lewotobi Laki-laki dan Ile Wae yang artinya Lewotobi Perempuan.

Dahulu kala ada dua pasang suami istri yang hidup berdampingan. Kepala keluarga masing-masing bernama Puka dan Tobi. Istri dari Puka dan Tobi sama-sama mengandung. Kepala keluarga itu membuat kesepakatan jika anak perempuan yang lahir, status suku Puka akan menjadi menjadi Mame (Om/Paman) bagi Tobi dan jika anak laki-laki yang lahir dalam keluarga Puka, maka Puka akan menjadi Opu (Ipar) bagi Tobi. Sebaliknya, jika Tobi yang mendapatkan anak laki-laki, Tobi akan menjadi Opu, lalu Puka akan menjadi Mame.

Baca Juga: Evakuasi Korban Terdampak Meletusnya Gunung Lewotobi Laki-laki

Saat melahirkan pun tiba, Tobi dan istrinya mendapatkan anak perempuan. Sehingga Puka memandang mereka sebagai Mame. Puka memiliki kebiasaan membuat gunung dari pasir dan batu. Usahanya selalu gagal karena yang dikerjakannya selalu runtuh.

Melihat pekerjaan Puka tak kunjung membuahkan hasil, suku Tobi atau Mame datang membantu. Mereka memasang tempurung tepat di puncak dua gunung buatan Puka. Karena itu, kedua gunung itupun dinamakan Lewotobi. Puncak yang saat ini mengalami erupsi merupakan puncak yang mana bagian lubangnya dulu ditutup oleh Suku Tobi.

Suku Tobi pindah dari Lewotobi ke Nawokote paska kekuatan beralih ke Suku Mukin di masa-masa pembentukan wilayah kekuasaan. Kawasan Gunung Lewotobi jatuh ke Suku Puka, tetapi mereka tidak melupakan Suku Tobi. Penghormatan Suku Puka terhadap Tobi masih dijaga sampai hari ini dalam ritus adat.

Saat Gunung Lewotobi laki-laki bereaksi, tugas Suku Puka yang menjadi pemilik gunung dari garis keturunan laki-laki itu pun wajib menggelar ritual Tuba Ile. Suku Puka akan memimpin ritual Tuba Ile yang mana di dalamnya mereka akan memberi makan nenek moyang. Dalam ritual ini, ada enam suku yang terlibat yakni Puka, Tobi, Kwuta, Wolo, Noba, dan Tapun. Mereka akan membawa sesajen dan dikurbankan ke Gunung Lewotobi Ile Bele.

Demikian itu informasi mengenai mitos legenda Gunung Lewotobi.

Kontributor : Mutaya Saroh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI