Suara.com - Hasil yang dipublikasikan di Sleep Advance menemukan kaitan antara gangguan tidur dan peningkatan risiko demensia pada orang dewasa yang lebih tua, terutama perempuan.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa kondisi seperti apnea tidur obstruktif dapat menjadi faktor risiko signifikan untuk demensia, terutama di kalangan mereka yang berusia 60 tahun ke atas.
Mengutip laporan dari Medical Daily di Antara, Selasa (5/11/2024), penelitian ini melibatkan analisis data dari 18.815 orang dewasa berusia 50 tahun ke atas yang menjadi bagian dari Studi Kesehatan dan Masa Pensiun di Amerika Serikat.
Selama 10 tahun masa tindak lanjut, para peneliti mencatat peningkatan insiden demensia pada peserta yang mengalami gangguan tidur, terutama apnea tidur obstruktif, yang ditandai dengan berhentinya pernapasan secara mendadak selama tidur.
Apnea tidur obstruktif diketahui memicu berbagai gejala seperti mendengkur, kelelahan, dan gangguan suasana hati. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan tidur berkepanjangan, yang pada akhirnya mempengaruhi kesehatan kognitif.
Studi ini mencatat bahwa perempuan berusia 80 tahun dengan apnea tidur obstruktif memiliki insiden demensia 4,7 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengalaminya. Sementara itu, pada pria usia lanjut, peningkatannya mencapai 2,5 persen.
Para peneliti menyatakan bahwa gangguan tidur ini perlu lebih diperhatikan sebagai faktor risiko demensia yang berpotensi dimodifikasi.
Penulis utama studi ini, Tiffany J. Braley menjelaskan, temuan ini menyoroti pentingnya penanganan gangguan tidur sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan kognitif jangka panjang pada perempuan maupun pria.
Para peneliti juga menemukan bahwa perempuan pascamenopause lebih rentan terhadap gangguan tidur dan risiko kardiovaskular, dua faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan kognitif.
Peneliti Galit Levi Dunietz menambahkan bahwa penurunan hormon estrogen pada perempuan di masa menopause juga berpotensi mempengaruhi otak, meningkatkan risiko demensia.