Museum Gajah: Lebih dari Sekedar Museum Tertua di Asia Tenggara

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 04 November 2024 | 19:10 WIB
Museum Gajah: Lebih dari Sekedar Museum Tertua di Asia Tenggara
Museum Nasional Indonesia. (Dok. Indonesia Heritage Agency)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Museum Nasional Indonesia, yang sering dikenal sebagai Museum Gajah, merupakan salah satu tempat paling bersejarah di Indonesia. Terletak di jantung ibu kota Jakarta, museum ini tidak hanya menyimpan ribuan koleksi artefak berharga, tetapi juga memiliki banyak cerita unik dan menarik.

Berikut lima fakta menarik tentang Museum Nasional yang mungkin belum banyak diketahui:

1. Museum Tertua di Asia Tenggara

Museum Nasional Indonesia berdiri sejak tahun 1778, menjadikannya salah satu museum tertua di Asia Tenggara. Awalnya, museum ini didirikan oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, sebuah perkumpulan ilmuwan Belanda yang tertarik dengan sejarah dan budaya di Nusantara.

Baca Juga: Mengenal Salah Satu Museum di Purwokerto: Sejarah, Koleksi dan Harga Masuk

Sejak saat itu, museum ini telah berkembang menjadi pusat penelitian dan pelestarian budaya Indonesia yang dikenal secara internasional. Koleksi museum terus bertambah, baik melalui eksplorasi maupun hibah, dan kini mencapai lebih dari 150.000 artefak dari berbagai kategori seperti arkeologi, etnografi, sejarah, dan geografi.

2. Dijuluki Museum Gajah Berkat Hadiah dari Raja Thailand

Salah satu ciri khas Museum Nasional Indonesia adalah patung gajah perunggu yang berdiri kokoh di halaman depannya. Patung ini adalah hadiah dari Raja Chulalongkorn dari Thailand yang diberikan pada kunjungannya ke Indonesia pada tahun 1871.

Sejak saat itu, masyarakat lebih mengenal museum ini dengan sebutan “Museum Gajah.” Patung ini tidak hanya menjadi simbol persahabatan antara kedua negara, tetapi juga menjadi landmark yang ikonik dan tak terpisahkan dari museum ini.

3. Koleksi Keris dan Pusaka Bernilai Tinggi

Baca Juga: Catat! Janji Pramono jika Pimpin Jakarta: Bakal Lanjutkan Proyek Museum Rasulullah yang Mangkrak di Era Anies

Museum Nasional memiliki koleksi keris yang luar biasa lengkap, termasuk keris dari berbagai daerah di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah keris pusaka yang sangat langka dan dianggap memiliki nilai spiritual tinggi.

Keris-keris ini tidak hanya digunakan sebagai senjata, tetapi juga sebagai simbol budaya, identitas, dan kepercayaan bagi masyarakat Indonesia. Keris, yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO, dipajang dengan penjelasan tentang makna filosofis, bentuk, dan teknik pembuatannya, sehingga pengunjung bisa lebih memahami keunikan setiap keris.

Upaya Perkuat Apresiasi Budaya Generasi Muda

Museum Nasional Indonesia kembali menyelenggarakan Lomba Cerdas Cermat Museum (LCCM) yang tahun ini genap memasuki satu dekade. Ajang tahunan yang diikuti oleh pemuda-pemudi dari 36 provinsi ini akan berlangsung pada 1-7 November 2024, mengusung tema "Arunika" yang melambangkan semangat baru untuk keberlanjutan budaya.

Sebagai program unggulan yang dikelola Indonesian Heritage Agency (IHA), LCCM bertujuan meningkatkan minat generasi muda terhadap museum sekaligus menumbuhkan apresiasi terhadap kekayaan budaya Indonesia. Program ini menjadi bagian integral dari upaya pelestarian warisan budaya bangsa yang kini mencakup pengelolaan 18 museum dan 34 situs cagar budaya nasional.

Untuk memastikan kualitas kompetisi, penyusunan materi melibatkan empat pakar terkemuka: Prof. Dr. Maria Immaculatus Djoko Marihandono (sejarawan UI), Sri Patmiarsi Retnaningtyas (pemerhati museum), Dr. Wiwin Djuwita S. Ramelan (ahli arkeologi), dan Esra Nelvi M. Siagian (pegiat bahasa Indonesia).

Menteri Kebudayaan RI, Dr. Fadli Zon, M.Sc., dalam sambutan pembukaannya menegaskan komitmen kementerian dalam mendukung pelestarian budaya yang melibatkan generasi muda. Beliau meyakini LCCM bukan sekadar kompetisi, melainkan wadah strategis untuk membangun generasi yang memahami dan mencintai warisan budaya Indonesia.

"Melalui LCCM, kita tidak hanya menguji pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kepahlawanan dan patriotisme kepada generasi penerus bangsa," ujar Dr. Fadli Zon. Program yang telah berjalan satu dekade ini terbukti menjadi model sukses yang dapat direplikasi oleh museum-museum lain di Indonesia, mendorong terwujudnya generasi yang berbudaya dan siap menghadapi tantangan masa depan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI