Becermin dari Tangisan Bawang Putih: Pangan Lokal, Pangan yang Berdaulat

Minggu, 03 November 2024 | 21:42 WIB
Becermin dari Tangisan Bawang Putih: Pangan Lokal, Pangan yang Berdaulat
Rak-rak berisi pangan lokal di toko kelontong dan kedai Bhumi Bhuvana, Yogyakarta (Suara.com/Yulia Rosdiana Putri)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Bila asam Jawa berasal dari apa yang disebut dengan pohon asam Jawa, lain halnya dengan asam sunti dan asam kandis. Asam kandis dibuat khusus dari kulit buah dari jeruk limau.

Sementara asam sunti dibuat dari belimbing wuluh yang kemudian dikeringkan dan diasinkan. Diolahnya belimbing wuluh sebagai bahan asam sunti ini tentunya bukan hal yang lumrah di Pulau Jawa, mengingat belimbing wuluh cenderung digunakan untuk membuat kuah garang asem atau sambal khas belimbing (Banyuwangi).

Belum usai dikejutkan dengan varietas asam tersebut, saya diperkenalkan dengan krangean. Rempah sekaligus pangan lokal yang bentuknya mirip dengan kayu manis dan berbau khas minyak tawon.

Usut punya usut, krangean yang misterius ini adalah pangan yang digunakan sebagai penyedap dari makanan paling favorit di Indonesia, yaitu rendang. Rendang yang dimaksudkan adalah rendang khas Sumatera yang dimasak bersama krangean dan rempah lainnya, yaitu mesoyi.

Berpindah sejenak dari congklak, Bukhi melangkahkan kaki ke arah rak-rak di belakang saya dan dua tamu lainnya. Dibawanya sebuah buah sawo berukuran besar, yang dijuluki dengan sawo mentega atau alkesah.

Usai memotong alkesah untuk kami, Bukhi bercerita tentang ia dan Labhu (Laskar Bhumi)--julukan bagi mereka yang memiliki Bhumi Bhuvana bersama, menemukan pohon alkesah di lapangan dekat tempat mereka. Terkadang mereka sengaja pergi ke sana, berbincang dengan orang-orang, sembari menanti buah-buah alkesah yang siap matang untuk dipetik.

Sorot mata tenang terlihat di kedua mata Bukhi, seolah memancarkan kepercayaan diri atas  ramainya krisis pangan di Indonesia.

“Kalau secara global, secara nasional, ya kita susah pangan. Tapi kalau kita berkunjung ke desa-desa, jelas tidak (mengalami krisis pangan). Mereka (desa) sangat kaya,” ujar Bukhi Prima Putri, pemilik toko kelontong dan kedai Bhumi Bhuvana, Yogyakarta.

Baca Juga: Ketua MPR: Konsep Ketahanan Pangan Selalu Andalkan Barang Impor

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI