55 Ribu Siswa Indonesia Diprediksi Belajar di Luar Negeri Pada 2025, Ini Tantangannya

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 01 November 2024 | 19:15 WIB
55 Ribu Siswa Indonesia Diprediksi Belajar di Luar Negeri Pada 2025, Ini Tantangannya
Ilustrasi wisuda (Freepik.com/pikisuperstar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketertarikan pelajar di Indonesia untuk melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri relatif cukup besar. Mayoritas pelajar Indonesia yang melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri terbagi antara mereka yang mengejar gelar Sarjana, sekitar 56%, mereka yang melanjutkan gelar Magister, 30%, dan 4% sisanya terdaftar di berbagai program dan gelar lainnya.

Bahkan Indonesia pada tahun 2025, Indonesia dipredikasi akan menyumbang 55 ribu siswa yang belajar ke luar negeri. Hal ini seperti diungkapkan oleh Co-founder AIG Education Group, Jimmy Lim. 

"Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Kami memperkirakan bahwa pada tahun 2025, Indonesia akan menyumbang lebih dari 55.000 siswa yang belajar di luar negeri, dengan kontribusi iuran pendidikan sekitar USD 800 juta per tahun," ujar Jimmy. 

Meski demikian, ia juga mengungkapkan masihi ada tiga tantangan utama yang kerap dihadapi. Tantangan itu antara lain, keterbatasan kapasitas konselor pendidikan (dalam hal informasi, pengetahuan, dan bahasa), biaya operasional yang tinggi, serta manajemen calon mahasiswa yang tidak sistematis.

Baca Juga: Viral Guru Acuhkan Siswa Melanggar Aturan, Alasan di Baliknya Bikin Elus Dada

Oleh karena itu, pihaknya meluncurkan Achieva Edu, platform lead generation pertama berbasis AI yang dirancang khusus untuk industri pendidikan. Platform ini bertujuan untuk merevolusi operasi agen pendidikan dengan mengatasi tiga tantangan utama tadi. 

"AI adalah masa depan, dan inilah yang mendorong kami untuk mengembangkan Achieva Edu. Terobosan teknologi ini merupakan platform lead generation AI pertama untuk sektor pendidikan, yang berfungsi sebagai pendukung kuat bagi penyedia jasa & konselor pendidikan serta mahasiswa," kata dia. 

Ia juga mengungkapkan bahwa konselor pendidikan seringkali menghadapi kesulitan dengan banyaknya jumlah informasi yang harus mereka proses, dimana diketahui terdapat 25.000 universitas dan berbagai jurusan di seluruh dunia. Selain itu, kendala bahasa dan perbedaan zona waktu dalam mencari informasi untuk klien juga menjadi hambatan.

"Platform kami dengan kemampuan Generative AI1 mengatasi masalah-masalah ini dengan menyediakan akurasi informasi yang lebih unggul melalui kemampuan analisis dan penyaringan yang canggih, didukung oleh algoritma, kerangka kerja, dan alur kerja yang unik.

Baca Juga: PSPK: Sistem Pendidikan Indonesia akan Mundur Bila UN Dikembalikan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI