Suara.com - Untuk memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai sejarah dan perkembangan infrastruktur kota Jakarta dari abad ke-5 hingga saat ini, bedah buku "Gerak Jakarta: Sejarah Ruang-Ruang Hidup digelar baru-baru ini di Gedung Arsip Nasional RI, Jakarta.
Acara yang diinisiasi Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) tersebut melihat lebih dalam buku yang mengisahkan perjalanan pembangunan Jakarta, sejak masa Sunda Kelapa, Batavia, hingga transformasinya menjadi megapolitan saat ini.
Gedung Arsip Nasional RI, sebagai lokasi penyelenggaraan, dipilih karena merupakan bangunan cagar budaya di kawasan Jalan Gajah Mada yang menjadi saksi sejarah perjalanan pembangunan Jakarta sekaligus simbol penting dari semangat pelestarian memori kolektif kota.
Ir. Yudi Samyudia, Rektor Universitas Pembangunan Jaya, menyatakan, bedah buku ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran akan sejarah dan tantangan yang dihadapi Jakarta.
"Melalui kolaborasi antara pelestarian sejarah dan inovasi pembangunan, kita dapat menemukan solusi yang inklusif dan berkelanjutan bagi masa depan kota," kata dia dalam siaran pers yang Suara.com terima baru-baru ini.
Diskusi bedah buku tersebut mengangkat dua isu krusial yang dihadapi Jakarta, yaitu tata kelola air, serta permukiman dan transportasi. Dua pembedah buku membahas kedua aspek tersebut, yaitu Prof. M. Syahril B. Kusuma dari Institut Teknologi Bandung dan Miya Irawati Ph. D. dari Herb Faith Indonesia Engagement Centre, Monash University.
Acara ini dipandu oleh Avianti Armand dari Yayasan Museum Arsitektur Indonesia. Menurut para pembicara, masalah tata kelola air, termasuk masalah banjir, kelangkaan air baku, dan penurunan muka tanah sebetulnya dapat dimitigasi melalui tampungan air atau waduk warga yang dapat menggunakan tanah-tanah milik pemerintah, dan untuk itu dibutuhkan koordinasi lintas departemen atau institusi yang baik.
"Penyelesaian masalah air juga perlu dimulai dengan awareness - mengakui dan menyadari adanya masalah tersebut, dan willingness - kemauan dari pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut. Apapun solusinya, hal tersbut tidak boleh menyulitkan warga di kemudian hari," ujar Prof.Ir. Muhammad Syahril B. Kusuma, Ph.D dari ITB.
Beliau pun menyeroti tentang pentingnya Investasi yang layak secara ekonomi harus diupayakan agar tidak menjadi beban rakyat. Dalam aspek permukiman dan transportasi, Dr Miya Irawati dari Monesh University Indonesia memberikan materi diskusi yang mengarah pada masalah regenerasi kote dan Transit-Oriented Development (TOD).
Baca Juga: Telak! Kubu Pram Sebut Selera Humor Suswono Norak: Tak Pantas Perempuan Dijadikan Objek Lelucon
TOD dapat menjadi jalan keluar untuk penyediaan permukiman yang lebih efektif dan efisien untuk sebuah kota yang lebihnyaman, selama terdapat monitoring dan evaluasi terkait pengaturan, pengelolaan dan perimbangan kelas sosial dan ekonomi.
"Pengembangan TOD juga dapat berperan untuk mengembalikan penduduk ke dalam kota. Masalah kesulitan lahan sebetulnya berakar pada masalah koordinasi antar lembaga atau instansi pemerintah pemilik lahan yang arusnya saling terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan perumahan rakyat." Ujar Dr Miya Irawati.
Bedah buku ini diharapkan dapat wadah diskusi yang menghasilkan berbagai pandangan kritis dan solusi terhadap masalah infrastruktur kota Jakarta. Dengan semangat kolaborasi, Jakarta diharapkan dapat terus bergerak maju sebagai kota yang inklusif dan berkelanjutan.