Buku Broken But Unbroken, Jendela Edukasi Mengenai Kepribadian Narcissistic Personality Disorder

Vania Rossa Suara.Com
Selasa, 29 Oktober 2024 | 12:44 WIB
Buku Broken But Unbroken, Jendela Edukasi Mengenai Kepribadian Narcissistic Personality Disorder
Kartika Soeminar Luncurkan Buku Broken But Unbroken. (Suara.com/Vania)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dalam dunia yang semakin kompleks, kita seringkali berinteraksi dengan berbagai macam kepribadian. Salah satu gangguan kepribadian yang cukup sering ditemui, namun seringkali kurang dipahami, adalah Narcissistic Personality Disorder (NPD). Melalui buku "Broken But Unbroken", Kartika Soeminar mengajak kita untuk lebih memahami tentang NPD dan dampaknya bagi kehidupan.

Kartika Soeminar merupakan seorang NPD (narcissistic personality disorder) abuse survivor. Ia baru saja meluncurkan buku pertamanya yang berjudul “Broken But Unbroken”, Sabtu (26/10/2024), di Jakarta Selatan. Buku ini memuat kisah perjalanan panjang Kartika selama hidup berdampingan bersama seorang dengan gejala NPD (narcissistic personality disorder). Melalui buku ini, Kartika ingin membuka cakrawala wawasan mengenai NPD secara menyeluruh, termasuk perilaku nyata seorang narsistik yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Buku ini ditulis untuk menjadi corong bagi terbukanya edukasi mengenai pembahasan NPD yang belakangan ini mencuat di berbagai lini masa. Dalam ranah psikologi, NPD dikelompokkan sebagai salah satu gangguan patologis atau kejiwaan. Pengidapnya memiliki kepribadian narsistik yang berlebihan, bersifat superior, haus pujian dan validasi, minim empati serta menganggap dirinya paling benar. Namun, pengidap NPD sering tak menyadari gangguan psikologis ekstrem ini dalam diri mereka.

Data epidemiologi pada tahun 2023 (Palupi, A. G. R., & Noorrizki, R. D.) menunjukkan bahwa sebagian besar kasus gangguan kepribadian narsistik terjadi pada remaja dan dewasa muda yang 75% dialami oleh laki-laki. Kondisi ini terus memburuk seiring bertambahnya usia orang yang terkena dampak.

Baca Juga: Punya Sifat Manipulatif dan Suka Playing Victim, Apakah Gangguan Kepribadian Narsistik Bisa Disembuhkan?

Kartika Soeminar sendiri telah berjuang melawan depresi selama 23 tahun akibat perlakuan abusive dari seorang dengan gejala NPD. Berangkat dari kisah hidupnya, Kartika berbagi pengalamannya melalui sebuah kampanye #BrokenButUnbroken sejak April 2024. Kampanye ini bertujuan membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memahami gangguan narsistik dan cara menghadapinya. Kampanye ini terselenggara atas kerjasama Komunitas Emak Blogger (KEB) di 7 kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya dan Denpasar.

Memasuki fase puncak dari kampanye ini, Kartika Soeminar menuangkan seluruh kisah dan perjalanannya melalui sebuah buku yang berjudul Broken But Unbroken.

“Hidup berdampingan dengan seorang dengan gejala NPD bisa merusak kesehatan mental apabila kita tidak memiliki support system dan kesadaran yang cukup. Melalui buku ini saya ingin berbagi edukasi untuk memahami lebih lanjut tentang NPD dan dampaknya bagi kesehatan mental orang di sekitarnya. Semoga buku ini dapat memberi kekuatan dan harapan bagi pembaca yang sedang berjuang untuk pulih,” ungkapnya saat peluncuran buku.

Dra. Probowatie Tjondronegoro, M.Si, seorang psikolog senior memaparkan gejala NPD dari sudut pandang profesional. Menurutnya pengidap NPD cenderung krisis empati terhadap lingkungan sekitar akibat pola pengasuhan masa kecil yang terlalu sering dipuji. Kekerasan psikologis yang dilakukan pengidap NPD kepada orang di sekitarnya akan meninggalkan jejak luka dan trauma yang cukup serius.

“Para korban ada kecenderungan menyalahkan diri sendiri (self-blaming). Kalau dia bertahan maka resikonya mental hancur. Sementara jika dia meninggalkan pasangannya yang NPD, korban akan takut dengan komentar orang lain karena khawatir dicap sebagai pasangan yang buruk,” paparnya.

“Gejala obsesi kompulsif sangat melekat pada NPD di antaranya manipulatif dan butuh dikagumi. Hal ini terjadi karena lingkungan masa kecil tidak mendidiknya bahwa dia bisa saja salah. Bedanya dengan narsisme biasa, NPD cenderung tidak sadar kalau dirinya memiliki ciri-ciri itu,” terangnya lagi.

Baca Juga: Minim Empati, Bisakah Orang dengan Gangguan Kepribadian Narsistik Mencintai Orang Lain?

Walaupun bukan penyakit mental menular, pengidap gangguan kepribadian narsistik ini perlu diwaspadai. Kesadaran akan gejala-gejala yang mungkin bisa timbul dari pengidapnya harus kita ketahui. Para korban NPD disarankan untuk segera melakukan observasi dan konseling kepada ahli jika dirinya sudah pada tahap depresi dan tertekan secara psikologis. Ahli umumnya akan menyarankan pemulihan trauma melalui metode psikoterapi, hypnoterapi, self-healing, hingga family therapy.

Di Indonesia edukasi mengenai kesehatan mental, utamanya gangguan narcissistic personality disorder masih cukup terbatas. Oleh karenanya, dengan peluncuran buku Broken But Unbroken diharapkan dapat mengedukasi masyarakat lebih komprehensif dalam mengenali gejala NPD, termasuk meningkatkan kesadaran mengenai NPD di kalangan kaum perempuan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI