Kemudian, pabrik kain ini direlokasi ke Desa Jetis, Sukoharjo dan diberi nama PT Sri Rejeki Isman.
Pabriknya terdaftar di Kementrian Perdagangan sebagai perusahaan perseroan terbatas. Tahun 1992, Presiden Soeharto meresmikan Sritex.
Sritex mampu mencapai kesuksesan hanya dalam waktu singkat hingga mencapai kancah internasional dengan menembus pasar Eropa.
Tahun 2007, Lukminto menyerahkan kepemimpinan perusahaan yang sudah lama dia rintis kepada sang putera, yakni Iwan Kurniawan Lukminto.
Usai H.M Lukminto meninggal dunia pada tahun 2014, Sritex sepenuhnya dipegang oleh Iwan Setiawan.
Berkat tangan dinginnya, Sritex berkembang menjadi grup tekstil besar an memiliki sekitar 10 hotel di Solo, Yogyakarta, dan Bali.
Belum cukup sampai disitu, perusahaan ini resmi terdaftar sahamnya dengan kode ticker dan SRIL pada Bursa Efek Indonesia.
Bahkan, Iwan Kurniawan berhasil masuk ke dalam jajaran 50 orang terkaya pada tahun 2020 menurut Forbes. Kekayaannya pada saat itu tercatat sekitar 515 juta dollar AS atau sekitar Rp 8 triliun.
Iwan juga berhasil memperoleh penghargaan sebagai Businessman of the Year dari Forbes Indonesia pada 2014.
Baca Juga: 50 Ribu Buruh Terancam PHK, Bos Sritex: Haram!
Hingga mengalami kebangkrutan, PT Sri Rejeki Isman atau Sritex tetap dipegang oleh Iwan Kurniawan Lukminto.