Suara.com - Baru-baru ini, tersiar kabar buruk yang datang dari dunia industri manifaktur, khususnya dari produsen tekstil, yakni PT Sri Rejeki Isman alias Sritex.
Pasalnya, Pengadilan Niaga kota Semarang, Jawa Tengah menyatakan jika perusahaan tersebut telah pailit atau mengalami kebangkrutan.
Bangkrutnya Sritex dikarenakan memiliki banyak utang. Permintaan pembatalan perdamaian terkait penundaan pembayaran utang oleh salah satu kreditur telah dikabulkan sehingga pengadilan menyatakan jika perusahaan ini pailit.
Bangkrutnya salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia ini tentu menjadi sebuah mimpi buruk bagi seluruh pekerja yang sudah mengabdi selama bertahun-tahun.
Baca Juga: 50 Ribu Buruh Terancam PHK, Bos Sritex: Haram!
Diketahui, ada sekitar 11 ribu tenaga kerja yang sudah lama bekerja dan menggantungkan hidupnya pada Sritex.
Peristiwa itu membuat sebagian orang penasaran dengan Sritex dan sosok pemilik perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Sejarah Sritex dan sosok pemiliknya
Sritex berdiri sejak tahun 1966 yang didirikan oleh H.M Lukminto. Sebelum mendirikan sebuah perusahaan besar, pria tersebut hanyalah seorang pedagang kain yang merintis usaha di Pasar Klewer.
Pada tahun 1967, Lukminto berhasil membeli dua kios di Pasar Klewer dan membuka pabrik cetak pertama yang menghasilkan kain putih.
Baca Juga: Sritex Dinyatakan Pailit, Gimana Nasib Utangnya di BCA?
Usaha nya terus berkembang pesat. Beberapa tahun kemudian, tepatnya di tahun 1972, dia membangun sebuah pabrik kain di Semanggi Surakarta.
Kemudian, pabrik kain ini direlokasi ke Desa Jetis, Sukoharjo dan diberi nama PT Sri Rejeki Isman.
Pabriknya terdaftar di Kementrian Perdagangan sebagai perusahaan perseroan terbatas. Tahun 1992, Presiden Soeharto meresmikan Sritex.
Sritex mampu mencapai kesuksesan hanya dalam waktu singkat hingga mencapai kancah internasional dengan menembus pasar Eropa.
Tahun 2007, Lukminto menyerahkan kepemimpinan perusahaan yang sudah lama dia rintis kepada sang putera, yakni Iwan Kurniawan Lukminto.
Usai H.M Lukminto meninggal dunia pada tahun 2014, Sritex sepenuhnya dipegang oleh Iwan Setiawan.
Berkat tangan dinginnya, Sritex berkembang menjadi grup tekstil besar an memiliki sekitar 10 hotel di Solo, Yogyakarta, dan Bali.
Belum cukup sampai disitu, perusahaan ini resmi terdaftar sahamnya dengan kode ticker dan SRIL pada Bursa Efek Indonesia.
Bahkan, Iwan Kurniawan berhasil masuk ke dalam jajaran 50 orang terkaya pada tahun 2020 menurut Forbes. Kekayaannya pada saat itu tercatat sekitar 515 juta dollar AS atau sekitar Rp 8 triliun.
Iwan juga berhasil memperoleh penghargaan sebagai Businessman of the Year dari Forbes Indonesia pada 2014.
Hingga mengalami kebangkrutan, PT Sri Rejeki Isman atau Sritex tetap dipegang oleh Iwan Kurniawan Lukminto.
Kontributor : Damayanti Kahyangan