Suara.com - Sama-sama mendapat gelar baru sebagai doktor atau S2, Bahlil Lahadalia dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mendapatkan sentimen yang berbeda dari publik.
Bagi Anda yang belum tahu, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan pertanahan Nasional (ATR/BPN), Bahlil Lahadalia baru saja mendapat gelar Doktor dari Universitas Indonesia pada hari Rabu (16/10/2024).
Sementara itu, AHY telah menjalani sidang gelar Doktor di Universitas Airlangga Surabaya (UNAIR) pada hari Senin (7/10/2024). Lantas, apa yang membedakan keduanya? Berikut ulasannya.
Beda cara Bahlil vs AHY dapat gelar doktor
Baca Juga: Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, AHY Ungkit Kinerja Era Jokowi-Maruf, Apa Katanya?
Berikut adalah beberapa perbedaan yang bisa ditemukan oleh warganet tentang cara Bahlil dan AHY mendapatkan gelar Doktor.
1. Lama studi
Jika dilihat dari jadwal sidang terbuka yang dibagikan, Bahlil hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 tahun untuk mendapatkan gelar Doktor dari Universitas Indonesia. Padahal, idealnya tingkat pendidikan ini ditempuh selama tiga tahun. Belum lagi kesibukan Bahlil sebagai Menteri yang pasti membuatnya memiliki kegiatan cukup padat.
Sementara itu, AHY baru mengumumkan kelulusannya setelah menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana Unair selama 3 tahun, 1 bulan, 2 hari. Meski sedikit terlewat dari waktu pada umumnya, AHY berhasil mendapat predikat cumlaude.
2. Judul disertasi
Baca Juga: Disertasi Bahlil Disebut Mirip Laporan Proyek oleh Profesor Kampus Terkenal di Singapura
Sebagai syarat lulus S3, Bahlil dan AHY harus menuliskan karya tulis ilmiah yang disebut disertasi. Dalam wisudanya beberapa waktu lalu, AHY menyebutkan judul disertasi miliknya adalah “Kepemimpinan Transformasional dan Orkestrasi Sumber Daya Manusia Menuju Indonesia Emas 2025”. Di Unair, AHY mengambil program Doktor Pengembangan SUmber Daya Manusia (PSDM).
Sementara itu, judul disertasi Bahlil adalah “Kebijakan, Kelembagaan, dan tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia”. Disertasi ini ia tulis untuk memperoleh gelar Doktor dari Program Studi Kajian Stratejik Global, Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI.
3. Sentimen publik
Perbandingan gelar Doktor AHY dan Bahlil ini bermula ketika akun @rayestu mempertanyakan mengapa gelar AHY tidak dipermasalahkan layaknya Bahlil.
“AHY juga baru0baru ini jadi doktor dari Unair, kok gak ada yang mempertanyakan? Ganteng privilege is real emang,” tulisnya.
Dari situ, rupanya justru banyak warganet yang membela AHY. Sebab, jika dilihat dari latar pendidikan, AHY memang cukup dikenal kepintarannya.
“Bro, AHY S2-nya di Harvard University, dari awal kelasnya emang beda. Gak ada urusan sama ganteng. Masuk Unair sebenarnya turun kelas,” tulis sebuah akun.
“AHY sih gue udah denger dari lama kuliah, Bahlil kaya sulap,” tulis yang lainnya.
“Bro ini tidak tahu kah AHY S2 nya di mana? Apakah pernah baca papernya AHY? Saya jg ga suka sama orang" di atas, tapi diusahakan jangan absurd gitu standardmu wkwk,” komentar warganet lain tak mau kalah.
Kontributor : Hillary Sekar Pawestri