Suara.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia kini tengah menjadi bahan perbincangan hangat di media sosial.
Warganet kompak menyoroti gelar S3 Bahlil yang dinilai cukup janggal karena hanya ditempuh dalam kurun waktu 1,5 tahun saja. Seperti yang kita tahu, bahwa kuliah S3 pada umumnya ditempuh dalam waktu 3 tahun paling singkat.
Tak heran, jika banyak warganet yang menduga bahwa gelar pendidikan di Indonesia bisa dipolitisasi hanya untuk sekadar pencitraan.
Riwayat pendidikan Bahlil Lahadalia
Baca Juga: Kejanggalan Gelar S3 Bahlil Lahadalia Jadi Sorotan di X: Lulus dalam 1,5 Tahun?
Kendati gelar S3-nya menjadi omongan, Bahlil Lahadalia ternyata memiliki riwayat pendidikan cukup bagus.
Bahlil lahir pada 7 Agustus 1976 di Banda, Maluku Tengah. Ia lahir dari orang tua sederhana, dimana ayahnya bekerja sebagai kuli bangunan sementara ibunya bekerja sebagai tukang cuci.
Ia menempuh sekolah dasar di SD Negeri 1 Kolaka Timur. Selanjutnya, sekolah menengah pertama ia tempuh di SMP Negeri 1 Kolaka di Sulawesi.
Setelah lulus dari sekolah pertama, Bahlil memutuskan untuk pindah ke Fakfak untuk melanjutkan pendidikannya di SMA YAPIS Fakfak.
Selama menempuh pendidikan sekolah menengah atas, dia harus berjuang untuk menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja sebagai sopir angkot.
Baca Juga: Memanusiakan Guru, PR Besar Era Prabowo Demi Wujudkan Indonesia Emas 2045
Kerja keras serta kegigihannya dalam menggapai cita-cita, akhirnya berhasil membawanya ke bangku kuliah. Bahlil melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay di Jayapura, Papua.
Sayangnya, pada tragedi kerusuhan Mei 1998, kuliahnya sempat terhenti. Kendati demikian, Bahlil berhasil lulus meski sedikit terlambat di usianya yang sudah menginjak 26 tahun.
Selama kuliah, ia aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Papua. Kemudian, dia menjadi Bendahara Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam.
Usai lulus dari Port Numbay dan membawa gelar S1-nya, Bahlil bekerja di sebuah perusahaan milik negara, yakni Sucofindo. Tak lama kemudian, ia bersama rekan-rekannya mendirikan sebuah kantor konsultan IT dan keuangan.
Hingga kini, Bahlil tercatat telah memiliki 10 anak usaha yang berada di bawah naungan PT Rifa Capital.
Meski sibuk dengan bisnisnya yang terbilang sukses, Bahlil tidak lupa akan pendidikannya. Ia kembali menempuh pendidikan S2-nya di Universitas Cendrawasih di Jayapura.
Selain sukses di dunia bisnis, ia juga berhasil berkecimpung di dunia politik sejak 2010. Ketika itu, ia bergabung dengan Angkatan Muda Pembangunan Indonesia (AMPI), organisasi sayap Partai Golkar.
Pada 2019, Bahlil ditunjuk sebagai direktur Direktorat Penggalang Pemilih Muda Tim Kampanye Nasional Koalisi Indonesia Berkarya. Ia menjadi bagian dari kampanye Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Hingga akhirnya, dia didapuk sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Menteri Investasi dan kini Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
Kontributor : Damayanti Kahyangan