Suara.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menegaskan bahwa stimulasi dari orang tua sangat penting untuk mencegah terjadinya speech delay atau keterlambatan bicara pada anak.
Ketua Pengurus Pusat IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, menjelaskan bahwa orang tua perlu terlibat secara aktif dalam proses stimulasi ini.
"Diberikan stimulasi secara langsung oleh orang tuanya atau caregiver, diajak ngobrol untuk mengasah kemampuan agar tidak mengalami speech delay," katanya, Selasa (15/10/2024).
Ia menggarisbawahi pentingnya penerapan pola asah, asih, dan asuh agar anak dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal, termasuk dalam kemampuan berbicara sesuai dengan usia mereka.
Untuk mengasah kemampuan bicara anak, Piprim merekomendasikan penggunaan kata-kata sederhana setiap hari agar anak terbiasa mendengar dan belajar berbicara.
Dia juga menekankan pentingnya kasih sayang dan pola asuh yang optimal, termasuk pemberian nutrisi yang baik untuk mendukung pertumbuhan anak.
Piprim mengingatkan agar orang tua tidak memberikan akses berlebihan terhadap gawai.
"Jangan sampai anak dilimpahkan pada gawai. Memang anak jadi anteng dan orang tua tidak diganggu, tetapi ini sangat berpengaruh pada perkembangannya serta aspek negatif lainnya pada anak-anak," ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Pengurus Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial IDAI, Fitri Hartanto mengatakan, pola asah, asih, dan asuh sangat berpengaruh terhadap kemampuan bicara anak.
Ia menjelaskan bahwa fase 1.000 hari pertama kehidupan anak adalah waktu yang sangat penting untuk perkembangan otak, di mana fase ini berkontribusi hingga 25 persen pertumbuhan otak.
Usia 0 hingga 2 tahun juga merupakan fase kritis, mencapai 80 persen perkembangan otak.
"Yang terjadi pada fase ini adalah perkembangan sel-sel sensor yang optimal. Fase ini memicu bagaimana anak akan menyikapi lingkungannya dan berkomunikasi," jelas Fitri.
Lebih lanjut, stimulasi bicara dapat dilakukan melalui tahapan pengenalan, pemahaman, dan pengucapan, menggunakan reseptor sensori pendengaran, penglihatan, dan perabaan.
Ia juga menekankan pentingnya interaksi tanpa menggunakan alat media elektronik, agar anak tidak lebih tertarik pada gawai dibandingkan proses belajar.
"Amati terus perkembangan anak, bila kemampuannya tidak sesuai dengan umurnya, segera konsultasikan dengan ahli," tutup Fitri.