Kisah Meutya Hafid Disandera Selama Tiga Hari di Irak Saat Menjadi Jurnalis

Vania Rossa Suara.Com
Selasa, 15 Oktober 2024 | 16:30 WIB
Kisah Meutya Hafid Disandera Selama Tiga Hari di Irak Saat Menjadi Jurnalis
Politikus Partai Golkar Meutya Hafid saat tiba di kediaman Presiden Terpilih Prabowo Subianto, Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (14/10/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nama Meutya Hafid tengah jadi sorotan, lantaran beredar kabar kalau politisi dari Partai Golkar tersebut akan mengemban tugas sebagai menteri komunikasi dan informatika (Menkominfo) di era pemerintahan Prabowo-Gibran. Ketua Komisi I DPR ini diketahui tiba di kediaman presiden terpilih Prabowo Subianto di Kertanegara IV, Jakarta Selatan, pada Senin (14/10/2024). Meski demikian, Meutya enggan untuk membeberkan mengenai kepastian penempatan dirinya di kabinet Prabowo.

Sebelumnya, nama Meutya Hafid melejit sebagai jurnalis. Saat itu, dirinya pernah mendapatkan tugas meliput pemilu di Irak bersama juru kamera Budiyanto pada Februari 2005 silam. Mereka disandera oleh kelompok Mujahidin Irak, disekap, dan keduanya melewati saat-saat yang menegangkan. Hingga akhirnya Meutya Hafid dan Budiyanto berhasil dibebaskan tiga hari kemudian.

Seperti apa kisah Meutya Hafid disandera? Simak ulasan menariknya di bawah ini.

Kisah Meutya Hafid Disandera

Baca Juga: Beda Pendidikan Veronica Tan Vs Meutya Hafid, Srikandi Calon Menteri Prabowo

Meutya Hafid mengawali kariernya sebagai wartawan di Metro TV setelah ia lulus dari Universitas New South Wales, Australia. Pada 18 Februari 2005 silam, Meutya Hafid dan juru kamera Budiyanto diculik dan disandera oleh sekelompok pria bersenjata saat keduanya sedang bertugas di Irak. Setelah melewati saat-saat yang menengangkan, mereka akhirnya dibebaskan pada tanggal 21 Februari 2005.

Ketua Komisi I DPR RI itu mengingat jelas mobil yang dikendarainya berhenti di sebuah pom bensin saat menuju Baghdad, lalu tiba-tiba sekelompok pria bersenjata laras panjang mendatangi dan mengambil alih mobil tersebut. Diceritakan, kedua mata Meutya ditutup menggunakan kain dan lehernya bersinggungan dengan senjata api.

Meski matanya diselimuti kegelapan, namun Meutya berusaha untuk mengingat jalan yang dilalui, mulai dari belok kiri, kanan dan seterusnya. Hingga dua jam berlalu dan Meutya tidak bisa mengingat lagi jalan yang dilewatinya. Kemudian saat penutup matanya dibuka, sepanjang mata memandang Meutya hanya menyaksikan gurun pasir dan seketika itu pula ia berpikir, "Oh ini saya diculik".

Pengalaman yang tentunya tidak menyenangkan itu ternyata berhasil diputarnya menjadi sesuatu yang positif. Meutya Hafid membuat sebuah buku yang berjudul "168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak". Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono, juga sempat turut menuliskan kata pengantar.

Kini, sosok jurnalis yang pernah disandera itu adalah Ketua Komisi I DPR RI 2019-2024 yang berasal dari daerah pemilihan (dapil) Sumatra Utara I. Bahkan, ia digadang-gadang akan menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) periode 2024-2029 mendatang.

Baca Juga: Isu Jadi Menteri Prabowo, Meutya Hafid: Nggak Ada Tawaran!

Kontributor : Rishna Maulina Pratama

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI