Jutaan Generasi Muda Indonesia Terjebak dalam Status NEET, Apa Itu?

Vania Rossa Suara.Com
Senin, 14 Oktober 2024 | 19:36 WIB
Jutaan Generasi Muda Indonesia Terjebak dalam Status NEET, Apa Itu?
Ilustrasi Generasi Muda Indonesia Terjebak dalam Status NEET. (Pexels.com/nathan-cowley)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tingginya angka pengangguran di kalangan pemuda Indonesia menjadi sorotan utama saat ini. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa sekitar 9,9 juta atau 22,3 persen dari generasi muda berusia 15-24 tahun terjebak dalam status pengangguran atau Not Employment, Education, or Training (NEET).

Lebih jauh, NEET mengacu pada kondisi di mana para generasi muda ini sedang tidak sekolah, tidak bekerja, atau tidak mengikuti pelatihan.

Akronim NEET sendiri pertama kali digunakan di Britania Raya, tetapi penggunaannya telah menyebar ke negara dan wilayah lain, termasuk Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Amerika Serikat.

Situasi ini kemudian menggarisbawahi pentingnya perhatian serius terhadap faktor penyebab dan solusi dari masalah ini. Banyak pemuda yang belum memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja.

Baca Juga: Generasi Muda Saat Ini Manja Teknologi, Lepas Gadget Malah Stres

Seperti yang diungkapkan oleh Don Tapscott, seorang konsultan bisnis terkemuka, “Generasi Z akan menjadi kekuatan yang dominan dalam membentuk masyarakat dan ekonomi masa depan.”

Melihat kondisi di atas, kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas sangatlah penting untuk menciptakan lapangan kerja yang layak.

Menghadapi tantangan ini, semangat tinggi, mimpi besar, dan tujuan hidup yang jelas menjadi sangat penting bagi anak muda. Visi Indonesia Emas 2045 bertujuan untuk menciptakan bangsa yang maju, adil, dan sejahtera ketika kita merayakan 100 tahun kemerdekaan.

Salah satu pilar utama dari visi ini adalah pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Namun, tingginya angka pengangguran di kalangan pemuda bisa menjadi batu sandungan dalam mencapai tujuan ini. Oleh karena itu, pemuda harus diperlengkapi dengan keterampilan yang relevan untuk beradaptasi dalam dunia kerja yang terus berubah.

Pendidikan dan bimbingan menjadi kunci agar pemuda Indonesia tidak hanya memahami pentingnya literasi keuangan, tetapi juga cara cerdas dalam mengelola keuangan mereka. Dengan penguasaan literasi keuangan, generasi muda dapat mengambil langkah bijak dalam mengelola sumber daya dan mempersiapkan masa depan yang lebih cerah.

Baca Juga: Terpikat Barat: Mengapa Generasi Muda Lebih Suka Gaya Hidup Kebarat-baratan?

Young Vision. (dok. istimewa)
Young Vision. (dok. istimewa)

Sebagai respons terhadap tantangan ini, Young Vision muncul sebagai komunitas positif yang berkomitmen untuk mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan kualitas hidup pemuda Indonesia. Didirikan pada tahun 2016 oleh kembar Kevin Adiputra Hermi dan Devin Adiputra Hermi, agensi ini telah memberdayakan lebih dari 3.000 anak muda dalam bidang asuransi dan keuangan.

“Kami fokus pada penciptaan lapangan kerja yang signifikan dan memberikan edukasi pengembangan diri yang bernilai bagi setiap anggota,” ungkap Devin.

“Young Vision bukan sekadar komunitas; kami adalah gerakan yang mendorong anak muda Indonesia untuk bermimpi besar dan mengejar tujuan hidup yang lebih baik,” tambah Kevin.

Dengan semangat kolaboratif dan bimbingan yang tepat, diharapkan pemuda Indonesia dapat menjadi generasi produktif yang siap menghadapi tantangan masa depan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI