Sekolah Hijau dan Pemulihan Bencana: Upaya Membangun Ketahanan di Tengah Krisis Iklim

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 11 Oktober 2024 | 21:27 WIB
Sekolah Hijau dan Pemulihan Bencana: Upaya Membangun Ketahanan di Tengah Krisis Iklim
Ilustrasi Pahlawan Lingkungan, sekolah hijau. (unsplash)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perubahan iklim yang semakin parah dan bencana alam yang terjadi secara terus-menerus memerlukan langkah-langkah konkret dalam memitigasi dampaknya. Dalam konteks ini, sekolah hijau dan program pemulihan pasca-bencana menjadi solusi penting dalam membangun ketahanan masyarakat di masa depan.

Konsep sekolah hijau tidak hanya berfokus pada pendidikan lingkungan, tetapi juga pada praktik keberlanjutan yang mendukung mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Di Indonesia, tren sekolah hijau semakin berkembang seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan lingkungan dan keberlanjutan.

Namun, ketika bencana alam seperti gempa bumi melanda, seperti yang terjadi di Garut, Jawa Barat, upaya pemulihan infrastruktur pendidikan menjadi prioritas untuk memastikan anak-anak tetap dapat belajar dalam lingkungan yang aman dan berkelanjutan.

Peran Sekolah Hijau dalam Mitigasi Bencana

Sekolah hijau memiliki manfaat yang signifikan dalam mengurangi risiko bencana alam. Dengan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan, sekolah hijau dapat menjadi bagian dari strategi mitigasi, antara lain:

  1. Meningkatkan Ketahanan: Siswa yang dididik dalam lingkungan sekolah hijau lebih siap menghadapi bencana alam karena memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
  2. Mengurangi Dampak Lingkungan: Praktik ramah lingkungan di sekolah hijau dapat membantu mengurangi risiko bencana seperti banjir atau tanah longsor.
  3. Adaptasi terhadap Perubahan Iklim: Sekolah hijau mengajarkan adaptasi yang diperlukan untuk menghadapi dampak perubahan iklim, seperti kekeringan atau kenaikan permukaan air laut.

Pemulihan Sekolah Pasca Bencana: Studi Kasus Garut

Setelah gempa bumi dahsyat melanda Garut, upaya kolaboratif dilakukan oleh Yayasan Bakti Barito, Happy Hearts Indonesia, dan Kitabisa untuk membangun kembali dua sekolah yang terkena dampak, yaitu SDN 3 Barusari dan SDN 4 Barusari. Kedua sekolah ini mengalami kerusakan yang cukup parah, mempengaruhi 220 siswa yang terdaftar.

Proses pemulihan ini melibatkan penggalangan dana sebesar Rp 1,4 miliar yang digunakan untuk pembangunan gedung sekolah baru yang tahan gempa. Selain itu, upaya ini juga memanfaatkan batu bata dari plastik daur ulang, yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga membantu mengurangi emisi karbon.

Baca Juga: Sukabumi Diguncang Gempa 4,9 Magnitudo Malam Ini, Kawasan Jakarta dan Bandung Ikut Bergetar

“Fokus kami adalah memberikan dampak jangka panjang melalui inovasi dan keberlanjutan. Dengan menggunakan batu bata plastik daur ulang, kami membangun kembali dengan lebih baik dan menetapkan tolok ukur baru untuk upaya pemulihan bencana di masa depan. Sekolah ini berkontribusi pada 11 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), memastikan masa depan yang lebih cerah dan tangguh bagi masyarakat,” kata Sylvia Beiwinkler, CEO Happy Hearts Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI