Jangan Buru-buru Nikah! 5 Hal Ini Wajib Dimiliki Remaja Sebelum Membangun Rumah Tangga

Riki Chandra Suara.Com
Rabu, 09 Oktober 2024 | 17:56 WIB
Jangan Buru-buru Nikah! 5 Hal Ini Wajib Dimiliki Remaja Sebelum Membangun Rumah Tangga
Ilustrasi pernikahan dini. [Solopos.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Psikolog klinis anak dan remaja, Reti Oktania menegaskan bahwa remaja tidak dianjurkan menikah dini. Mereka perlu mengenali dan mengembangkan lima konsep diri sebagai bekal menuju tahap dewasa.

Konsep tersebut mencakup kompetensi skolastik, penerimaan sosial, kompetensi atletik, penampilan diri, dan tingkah laku.

"Anak usia remaja tidak dianjurkan menikah karena di usia tersebut, tugas mereka adalah mengembangkan konsep diri yang positif," ujar Reti, dikutip dari Antara, Rabu (9/10/2024).

Reti menjelaskan bahwa remaja perlu mengetahui dan mengembangkan konsep diri mereka sebelum memasuki tahap dewasa. Dengan pemahaman yang matang terhadap kompetensi ini, remaja akan lebih siap untuk menghadapi kehidupan dewasa, termasuk dalam pernikahan.

"Remaja yang sudah memahami konsep dirinya akan lebih siap bertanggung jawab atas pilihannya, termasuk dalam pernikahan, karena sudah dibekali dengan lima konsep diri yang diperlukan," kata Reti.

Sebaliknya, remaja yang melakukan pernikahan dini cenderung belum mengenali konsep diri mereka dengan baik, yang berpotensi berdampak negatif ketika mereka menjadi orang tua di usia muda.

Salah satu alasan, menurut Reti, adalah otak manusia baru matang secara penuh di usia 24 hingga 25 tahun, yang memengaruhi kemampuan mereka dalam membuat keputusan bertanggung jawab.

"Otak depan yang matang di usia 24-25 tahun berfungsi untuk decision making. Itulah mengapa banyak orang yang menikah di usia dini seringkali belum siap menjadi orang tua," ungkapnya.

Selain masalah konsep diri, pernikahan dini di Indonesia umumnya terjadi karena faktor ekonomi dan kurangnya akses pendidikan. Di banyak pelosok daerah, dua masalah ini masih menjadi penyebab utama tingginya angka pernikahan dini.

Reti menilai pentingnya peran pemerintah, masyarakat, dan orang tua dalam memutus rantai pernikahan dini melalui peningkatan akses pendidikan dan informasi.

"Pendidikan seksual, kesiapan mental untuk menikah, serta kesejahteraan ekonomi dan pemerataan pendidikan sangat penting untuk memutus rantai pernikahan dini di Indonesia," kata Reti.

Ia pun berpesan kepada para remaja di Indonesia untuk fokus mengembangkan potensi diri dan mencintai diri sendiri sebelum memikirkan pernikahan. Dengan begitu, mereka dapat mencapai masa depan yang lebih baik tanpa terburu-buru mengambil keputusan besar di usia muda.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI