5 Fakta Unik AI, Benarkah Dibuat untuk Jadi Mata-mata di Gadget Kita?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:43 WIB
5 Fakta Unik AI, Benarkah Dibuat untuk Jadi Mata-mata di Gadget Kita?
Cagub Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun saat mengikuti debat calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Minggu (6/10/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pernyataan Calon Gubernur DKI Jakarta, Dharma Pongrekun, soal kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI) menuai sorotan. Sebab, Dharma menyebut AI dibuat untuk memata-matai dan mengawasi rakyat Indonesia. Benarkah begitu?

Dalam debat Pilgub DKI Jakarta 2024, Minggu (6/10) malam, ia menyebut salah satu alasan internet Indonesia tak mandiri dan sering mengalami kebocoran data adalah akibat penggunaan AI.

"Makanya dibilang artificial intelligence, artinya apa? Alat intelijen, alat mematai-matai tanpa kita sadari, dosa kita ada semua di gadget," ucap Dharma.

Lalu, benarkah seperti? Mengutip laman Binus University, Senin (7/10/2024) kecerdasan buatan, atau lebih dikenal sebagai Artificial Intelligence (AI), telah menjadi salah satu inovasi teknologi yang paling berpengaruh dalam kehidupan modern.

Baca Juga: Adu Gaya Kampanye: Ridwan Kamil-Suswono Gunakan AI, Pramono-Rano Pilih Animator, Mana Lebih Memikat?

Meskipun istilah AI pertama kali diperkenalkan pada Konferensi Dartmouth tahun 1956, ide dasar kecerdasan buatan ini sudah berkembang jauh sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, AI telah mengalami berbagai gelombang perkembangan yang terus membentuk cara kita bekerja, berinteraksi, dan mengambil keputusan di berbagai sektor kehidupan.

1. Sejarah Perkembangan AI

AI pertama kali dikemukakan dalam bentuk teori-teori matematika oleh para filsuf seperti George Boole, yang menemukan Aljabar Boolean, dan Bertrand Russell yang memperkenalkan Principia Mathematica. Teori-teori ini menjadi dasar bagi logika yang digunakan dalam pemrograman komputer modern. Pada 1930-an, pionir seperti Alan Turing dan John von Neumann turut berkontribusi dengan pengembangan mesin Turing dan teori komputer yang memisahkan perangkat keras dari perangkat lunak.

Perkembangan penting lainnya terjadi pada 1950-an dengan munculnya komputer digital pasca Perang Dunia II. Pada 1956, istilah kecerdasan buatan secara resmi dirumuskan oleh John McCarthy dan para ahli lainnya di Konferensi Dartmouth. Era ini juga melahirkan bahasa pemrograman LISP serta sistem ahli (expert system) yang menjadi fondasi awal AI dalam memecahkan masalah.

Memasuki tahun 1980-an, AI mengalami apa yang disebut sebagai gelombang kedua, dengan munculnya konsep-konsep seperti fuzzy logic, genetic algorithms, dan pembelajaran berbasis jaringan saraf (neural networks). Namun, terobosan terbesar baru datang di era 2000-an, saat internet mulai berkembang pesat dan komputer semakin canggih. Teknologi seperti deep learning dan big data membuka jalan bagi AI untuk berkembang secara eksponensial.

Baca Juga: Cagub Jakarta, Dharma Pongrekun Sebut Artificial Intelligent Alat untuk Memata-matai, Benarkah?

2. Jenis-Jenis Kecerdasan Buatan

Kecerdasan buatan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, berdasarkan kapabilitas dan fungsinya:

  • AI Lemah (Weak AI): Dirancang untuk menjalankan tugas-tugas tertentu, seperti asisten virtual (Siri, Alexa).
  • AI Kuat (Strong AI): Meskipun masih dalam tahap pengembangan, AI jenis ini diharapkan dapat memiliki kemampuan yang setara dengan kecerdasan manusia.
  • AI Sempit (Narrow AI): Didesain untuk mengatasi satu tugas spesifik, misalnya pengenalan wajah atau permainan catur.
  • AI Umum (General AI): Ini adalah jenis AI yang memiliki kemampuan untuk menangani berbagai tugas, serta mampu belajar dari pengalaman.

3. Dampak dan Penerapan AI di Berbagai Bidang

AI telah membawa revolusi di berbagai sektor, mulai dari kesehatan, transportasi, hingga hiburan. Dalam industri kesehatan, AI membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit, memprediksi hasil pengobatan, serta mempercepat penelitian obat. Di sektor transportasi, teknologi mobil otonom yang didukung AI mengurangi risiko kecelakaan dan meningkatkan efisiensi lalu lintas.

Di dunia hiburan, AI digunakan untuk membuat rekomendasi konten yang dipersonalisasi, seperti yang terlihat pada platform streaming. Tidak hanya itu, AI juga memainkan peran penting dalam keuangan dengan analisis data yang cepat untuk mendeteksi penipuan dan memprediksi tren pasar.

4. Manfaat dan Tantangan Kecerdasan Buatan

Kelebihan utama AI terletak pada kemampuannya untuk memproses data dalam jumlah besar secara efisien, melakukan tugas yang berulang dengan presisi tinggi, serta bekerja dalam kondisi yang berbahaya. Namun, AI juga menghadapi tantangan, seperti kurangnya pemahaman konteks emosional serta potensi dampak sosial yang negatif, termasuk risiko pengangguran akibat otomatisasi pekerjaan.

5. Masa Depan Kecerdasan Buatan

Seiring dengan perkembangan teknologi, kecerdasan buatan diperkirakan akan terus tumbuh. Daewoong, misalnya, sedang memfokuskan pengembangan AI dalam teknologi pengantaran obat melalui inovasi seperti semprotan hidung dan teknologi jarum mikro. Selain itu, AI diproyeksikan akan semakin terintegrasi dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, dari rumah pintar hingga sistem pendidikan yang adaptif.

Dengan terus berkembangnya AI, penting bagi kita untuk memahami dan menghadapinya dengan bijak, guna memaksimalkan manfaat teknologi ini bagi kesejahteraan umat manusia di masa depan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI