Suara.com - Selebritas Choky Sitohang berpendapat, pendidikan adalah proses pembelajaran yang seharusnya menyenangkan. Mengapa? Simak ulasannya.
Seperti diketahui, pendidikan merupakan proses pembelajaran pengetahuan dan keterampilan, dimana terjadi interaksi antara guru dan siswa.
Nah, agar hasilnya optimal, Choky Sitohang berpendapat, proses pembelajaran tersebut haruslah menyenangkan. Sebab, bila guru tidak bisa menyampaikan pelajaran dengan cara yang menyenangkan atau menarik, maka anak-anak akan kesulitan menyerap informasi.
“Itulah mengapa saya menekankan pendidikan haruslah menyenangkan, sebab anak-anak butuh pengalaman positif di sekolah, bukan hanya teori,” jelasnya saat konferensi pers Transformasi HighScope Indonesia Institute menjadi Redea Institute di Jakarta, baru-baru ini.
Baca Juga: Perjalanan Inspiratif Rifky Bujana Bisri: Dari Anak Driver Ojol ke University of British Columbia
Choky Sitohang mengaku menciptakan lingkungan pendidikan atau pembelajaran yang menyenangkan memang bukanlah tugas mudah. Perlu riset, konsep dan pemikiran yang matang, seperti yang dilakukan oleh HighScope Indonesia Institute, tempat anaknya sekolah yang dinilainya menyenangkan.
Ini dibuktikan dari pengalaman putri sulungnya, Chelsea Abigail Victoria Sitohang (13) -- yang kini duduk di kelas 8, selama menimba ilmu di sekolah tersebut.
“Abbey pada awal masuk sekolah ini sangat susah adaptasi. Dia sangat observatif dan butuh waktu untuk bergaul. Memang bukan perjalanan singkat, namun berkat lingkungan sekolah yang mendukung, anak saya akhirnya menemukan teman-teman yang mengajarinya arti persahabatan,” cerita Choky.
Ayah tiga anak tersebut juga menuturkan memilih sekolah tersebut lantaran percaya dengan kualitas kepemimpinan Antarina S. F. Amir, Pendiri dan Presiden Direktur HighScope Indonesia Institute yang kini berganti nama menjadi Redea Institute. "Beliau selalu mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak-anak," imbuhnya.
Pentingnya lingkungan pendidikan yang mendukung, kemampuan guru dalam mengajar, dan kebebasan anak untuk bertanya, bagi Choky, merupakan kunci dalam membentuk generasi yang cerdas dan mandiri.
Baca Juga: Pendidikan Nagita Slavina, Ikut Tersorot Usai Raffi Ahmad Dapat Gelar Doktor Kehormatan
"Ini jadi reminder untuk kita semua, betapa pentingnya memiliki guru dan teman yang menyenangkan di dalam proses belajar anak," tambahnya.
Bagi Choky Sitohang transformasi yang dilakukan sekolah standar internasioanal tersebut merupakan langkah besar yang semakin memperkuat komitmennya dalam memberikan pendidikan berkualitas tinggi.
Di kesempatan yang sama Antarina mengatakan bahwa perubahan nama dari HighScope Indonesia Institute menjadi Redea Institute bukan sekadar rebranding, melainkan langkah strategis untuk memperluas akses dan peluang bagi siswa di Indonesia.
Transformasi ini, lanjut dia, dirancang untuk membawa visi pendidikan yang lebih luas dan mengedepankan karya dan kontribusi Indonesia, sambil tetap menjaga komitmen terhadap kualitas pendidikan yang telah dikenal selama lebih dari dua dekade.
"Ini juga menandai babak baru dalam dunia pendidikan Indonesia yang menggabungkan nilai-nilai lokal dengan kesempatan global," terang Antarina.
Sebagai bagian dari transformasi ini, Redea Institute juga mengumumkan kemitraan strategis dengan dua lembaga pendidikan internasional terkemuka: Center For Excellence (CFE) at New Tech High School (NTHS) di Napa-California, yang merupakan program dari Friends of New Tech (FONT), dan PEN (Practice Enterprise Network) Worldwide.
Kerjasama ini akan memungkinkan siswa untuk terhubung dengan jaringan global yang lebih luas serta mengakses metode pembelajaran berbasis proyek dan pengalaman kewirausahaan yang relevan dengan dunia kerja.
“Kami sangat bersemangat untuk berkolaborasi dengan Redea dalam membangun generasi pemimpin masa depan yang siap menghadapi tantangan global dengan keterampilan abad ke-21,” kata Direktur Center for Excellence di New Tech High School (NTHS), Napa, California, Aaron Eisberg.
Kemitraan ini memberikan pengalaman pendidikan yang terhubung secara global, tetapi tetap memperhatikan kebutuhan lokal. Ini penting, mengingat anak-anak kita memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan kondisi di sekitar mereka.
Dubes Dian Triansyah Djani, diplomat RI yang pernah bertugas di New York dan Jenewa, Switzerland pun mengungkapkan kebanggaannya atas kerjasama tersebut.
Menurutnya, institusi ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu menghadirkan pendidikan berkualitas global yang dapat menjadi model bagi negara lain.
Tidak hanya menawarkan program untuk anak-anak usia dini hingga SMA, lembaga pendidikan tersebut juga mengembangkan inisiatif penelitian, publikasi ilmiah, dan pelatihan bagi para pendidik. Ini adalah langkah penting untuk membangun ekosistem pendidikan yang kuat dan berkelanjutan di Indonesia.
“Kami siap membawa pendidikan Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi,” tutup Antarina.