Suara.com - Media sosial belakangan dihebohkan dengan video tak senonoh yang dilakukan oknum guru dan siswinya. Keduanya diduga berasal dari MAN 1 Gorontalo.
Sang siswi yang disebut PPT akhirnya buka suara soal viralnya video tersebut. Pengakuan PPT beredar di media sosial yang mulanya diunggah di akun Facebook yang diduga miliknya.
Pada unggahan tersebut, PPT mengaku malu dengan videonya yang viral. Ia menyebut selama ini telah dipaksa memuaskan hasrat sang guru yang sudah tak muda lagi itu.
PPT yang merupakan anak yatim piatu mendapat berbagai ancaman dari sang guru jika tak melakukannya.
Baca Juga: Kenali Child Grooming, Istilah yang Dikaitkan Kasus Guru-Murid di Gorontalo
"Karena banyaknya pertanyaan dari orang-orang. Saya akan coba ceritakan bagaimana bisa terjadi semuanya. Jujur saya sangat sangat sedih, kecewa, tidak tahu harus bagaimana di posisi tersebut," tulis PPT.
PPT menyebut kejadian bermula sejak ia masuk ke MAN 1 Gorontalo. Mulanya PPT mengalami pelecehan verbal dari sang guru, kemudia merembet jadi pelecehan fisik seperti merangkul hingga menyentuh pundak.
"Awalnya saya memang belum paham tentang kasih sayang yang sesungguhnya menganggap itu seperti seorang ayah kepada anak yang terkadang memberikan untuk kehidupan," ungkap PPT.
"Tapi semua itu ternyata penilaian saya salah saat saya mulai dipeluk, disentuh bagian vital, dan lainnya," imbuhya.
PPT sendiri bingung dengan kondisi tersebut namun tak memiliki sosok untuk bercerita. PPT mengaku ingin melapor namun tak punya bukti dan takut dikeluarkan dari sekolah.
Baca Juga: KPAI Ungkap Psikologis Siswi MAN Gorontalo yang Jadi Korban Video Mesum: Trauma Berat!
Hingga akhirnya ia mulai diajak berhubungan intim dengan ancaman dikeluarkan dari sekolah jika tak mau.
"Saya sadar diri bahwa saya benar-benar sneidirian, serba kurang dan ditambah pelecehan terhadap saya," ujar PPT.
Kendati demikian PPT mengaku bersyukur, meski malu dengan video yang beredar, akhirnya ia terbebas dari perbudakan seks oleh gurunya senidri.
Trauma dan Hiperseks
Video tak senonoh yang beredar tak sedikit memojokan PPT dan menganggap mau sama mau. Hal ini disebabkan lantaran PPT tampak menyerahkan dirinya pada sang guru.
Padahal PPT yang masih di bawah umur jelas dianggap sebagai korban. Dalam kasus ini, praktisi gentle parenting Halimah melalui akun TikToknya @dailyjour menjelaskan terkait anak yang tampak mau sama mau ketika dilecehkan orang dewasa.
"Menurut peneltian ketika seseorang mengalami pelecehan seksual di usia anak-anak atau remaja, maka trauma yang sering ditimbulkan adalah hiperseksualitas," ungkap Halimah di akun TikTok miliknya.
"Ketika seorang anak atau remaja mengalami sensasi biologis yang seharusnya tidak dirasakan di usai tersebut dan itu terjadi pikiran dan tubuh anak enggak sinkron, pikiran menolak tapi tubuh menginginkan sesuatu tersebut," imbuhnya.
Trauma atas pelecehan menurut Halimah bisa sangat beragam namun mendorong mendorong untuk berbuat sesuatu di luar nalar. Mulai dari hiperseks bahkan sampai mengubah orientasi dan ekspresi seksual.
Pelecehan seksual dari orang dekat juga bisa sangat rentan, terutama pada anak yang memiliki kekosongan peran orang tua.
"Bagi anak yang punya alarm yang sehat mungkin risih tapi bagimana anak yang tak pernah mengalami kasih sayang ke ayahnya pasti dia akan nyaman. Kalau respons traumanya jadi hiper dia enggak akan merasa cukup dia akan nyari meski merasa jijik," tandasnya.