Suara.com - Industri fashion merupakan industri penyumbang limbah terbesar kedua di dunia. Dari 100 miliar pakaian yang diproduksi secara global, sebanyak 92 juta ton berakhir di tempat pembuangan sampah. Untuk meminimalisir hal tersebut, kini muncul jenama-jenama yang mengusung konsep keberlanjutan dan membawa angin segar bagi industri fashion, salah satunya ialah jenama fashion lokal Kayt Studio.
Kayt didirikan pada awal 2024 oleh tiga sekawan bernama Ratu Lubis, Putu Adika Reswara, dan Azriel Nasution yang bertemu ketika berkuliah di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Jenama baru garapan anak muda Indonesia ini memiliki nama yang terinspirasi dari Bahasa Arab, tepatnya dari sebuah frasa Arab “ruh al-khayt” (روح اﻟﺧﯾط) yang berarti jiwa dari benang.
Makna dari nama yang dipilih tersebut juga direfleksikan dalam brand identity Kayt Studio dan produk-produk yang dikeluarkan. Dalam hal ini, tiap rangkaian benang yang menjadi produk Kayt Studio memiliki ‘jiwa’ dan mengandung cerita, warisan keterampilan, dan komitmen terhadap keberlanjutan. “Di Kayt Studio, kami menekankan pentingnya menghargai material serta proses yang terlibat dalam pembuatan fashion. Kami mendukung hubungan yang lebih dalam terhadap asal-usul dan dampak dari apa yang kita kenakan,” tutur co-founder Kayt Studio, Ratu Lubis.
Kampanye yang saat ini sedang disuarakan oleh Kayt Studio adalah Woven Rhythms, yang merujuk pada konsep menyatukan aliran dan pola kehidupan secara alami dengan keahlian dalam menciptakan sesuatu yang berwujud, seperti sepotong kain atau produk. Istilah ini menekankan kontinuitas, koneksi, dan kreasi sesuatu yang bermakna secara sengaja melalui tindakan sehari-hari.
Baca Juga: LPKR Komitmen Tingkatkan Pengelolaan Limbah Sebagai Bagian Penerapan Prinsip ESG
Kali ini, koleksi Kayt Studio adalah berupa rangkaian produk tas dari denim daur ulang yang bahannya dikumpulkan dari berbagai sumber. Hal ini guna mengurangi limbah tekstil sekaligus memberi kehidupan baru pada bahan yang masih layak digunakan. Bahan yang dikumpulkan kemudian dipilah berdasarkan kualitas dan warna, lalu dipotong sesuai desain sembari meminimalisir bagian yang terbuang sia-sia.
Dalam produksinya, Kayt Studio juga berkolaborasi dengan penjahit lokal, sehingga mendukung ekonomi komunitas dan memastikan setiap proses dikerjakan dengan tangan ahli. Tentunya, Kayt Studio juga menjaga praktik kerja yang adil dan etis dalam seluruh proses pembuatan sebagai komitmen dalam menghadirkan fashion yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Koleksi ini resmi dirilis di ajang Cerita Nusantara pada 27-29 September 2024 di Istora Senayan, Jakarta. Acara yang diprakarsai oleh Kementerian Koperasi dan UKM ini merupakan bazar serta pameran fashion, kriya, wastra, beauty, wellness, dan kuliner sebagai wadah untuk mengangkat karya-karya lokal dengan harapan agar pegiat lokal dapat lebih dikenal di ranah nasional dan internasional.
Khusus untuk ajang tersebut, Kayt Studio akan mengkampanyekan tagar #NoThreadToWaste, yang merupakan langkah Kayt Studio dalam membawa keberlanjutan lebih jauh lagi. Selain menggunakan denim bekas untuk membuat tas, Kayt Studio lanjut mengolah sisa-sisa bahan—bahkan resleting—menjadi pouch mini. Karena tiap potongan kain memiliki tujuan, dan patut dipastikan tak ada yang terbuang sia-sia.
Terkait #NoThreadToWaste, Ratu Lubis menambahkan, “No Thread To Waste ini merupakan andil dari kami untuk berkontribusi ke dalam sustainability movement. Harapannya adalah banyak teman-teman di luar sana yang melihat gerakan ini dan terinspirasi untuk turut berkontribusi dengan caranya sendiri.”. Para pengunjung Cerita Nusantara bisa datang ke booth Kayt Studio tidak hanya untuk membeli produk-produknya, tetapi juga ikut berpartisipasi mendukung sustainable fashion dengan mendonasikan jeans bekasnya untuk didaur ulang.
Baca Juga: Bermodal Rp10 Ribu, Brand Tas Lokal Ini Bertahan 6 Dekade di Indonesia
Temui Kayt Studio di booth SMESCO Indonesia selama Cerita Nusantara berlangsung. Sampai jumpa di sana!