Lebih dari Sekadar Alas Duduk, Terkuak Makna Spiritual di Balik Keindahan Permadani Persia

Senin, 30 September 2024 | 12:38 WIB
Lebih dari Sekadar Alas Duduk, Terkuak Makna Spiritual di Balik Keindahan Permadani Persia
Kelebihan Membeli Karpet Handmade dari Timur Tengah (Dok. Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemadani rupanya bukan sekadar alas duduk atau pemanis interior dalam tata ruang. Jauh dari abad ke-4 permadani sudah menjadi sebuah karya seni dan memiliki unsur budaya kuat yang tak ternilai maknanya. 

Selembar permadani bisa menjadi koleksi seni yang memesona dan memberikan pengetahuan tentang karakter tenunan, desain, hingga gaya hidup.

Dalam diskusi bertajuk “Menjaga Budaya dan Seni Permadani Persia di Indonesia”, Pakar Kajian Persia sekaligus Dosen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (FIB-UI), Bastian Zulyeno, Ph.D., mengatakan permadani adalah seni kerajinan tenun tangan Persia yang tertua di dunia.

“Seni masyarakat mana pun berakar pada adat istiadat dan tradisi masyarakat tersebut, yang disempurnakan seiring berjalannya waktu. Karpet atau permadani adalah salah satu simbol terpenting cita rasa, seni, dan keindahan masyarakat Persia," ungkap Bastian Zulyeno saat ditemui di butik Alhamd Karpet, di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan, Kamis (26/9/2024).

Baca Juga: Makna dan Lirik Lagu Untungnya Hidup Harus Tetap Berjalan oleh Bernadya, Diputar 66,8 Juta Kali di Spotify!

Lebih dari Sekedar Alas Duduk, Terkuak Makna Spiritual di Balik Keindahan Permadani Persia (Dok. Istimewa)
Lebih dari Sekedar Alas Duduk, Terkuak Makna Spiritual di Balik Keindahan Permadani Persia (Dok. Istimewa)

Motifnya yang abstrak dan menawan, bukan sekadar pola warna-warni untuk mengisi ruang kosong, namun kata dia setiap garis dan warna di setiap liku-liku merupakan simbol makna dari konsep Timur.

Karpet tenunan tangan Persia tertua ditemukan pada tahun 1949 pada penggalian tahap kedua oleh arkeolog Rusia Rudenko di wilayah Pazyryk, Siberia dan diberi nama karpet Pazyryk. 

Dalam buku yang diterbitkannya di Rusia pada tahun 1953, Rudenko menulis penjelasan rinci tentang karpet yang tidak tertutup dan dengan jelas menyatakan bahwa itu adalah karya penenun Persia sekaligus menjadi karpet tertua di dunia. 

"Sejarah karpet ini dapat dilihat dari bentuk penunggang kudanya. Cara menampilkan kuda perang yang dipunggungnya dibentangkan karpet sebagai pengganti pelana dan kain di dada kudanya merupakan ciri khas bangsa Asyur/Asiria, kelompok suku asli Timur Tengan di wilayah Mesopotamia," katanya.

Tenun karpet mencapai tingkat keindahan dan teknik yang sangat tinggi. Kemakmuran industri ini mungkin bertepatan dengan pemerintahan Ghazan Khan di Persia (1295-1307 M). 

Baca Juga: Rugikan Negara Rp 10 Miliar, Mendag Zulhas Geruduk Gudang Karpet Impor Ilegal

Namun puncak kejayaan karpet klasik Iran yang dikenal dengan renaisans karpet Iran tercatat pada masa Kesultanan Safawi (1499-1722 M), khususnya pada masa pemerintahan Syah Tahmasab I (1524-1587 M) dan Syah Abbas Kabir. (1587-1629 M).

Sejak era ini, sekitar 3000 karpet telah dilestarikan di museum-museum besar dunia atau koleksi pribadi. Selama periode ini, pusat-pusat kerajianan karpet dibangun di sebelah istana raja-raja, sepereti di Tabriz, Isfahan, Kashan, Mashhad, Kerman, Joshghan, Yazd, Estrabad, Herat, Shirvan, Karabagh, dan Gilan.

Kata dari bahasa Arab untuk karpet berarti permadani yang dapat dihamparkan yang dibentangkan di atas tanah untuk memberikan kedamaian bagi mereka yang duduk di atas karpet seperti halnya bumi/tanah, yang ciri-ciri inherennya adalah ekspansi, keibuan, dan buaian. 

Di sisi lain, bumi adalah gambaran langit. Oleh karena itu, karpet merupakan cerminan singgasana. Tenun karpet tidak diragukan lagi merupakan salah satu perwujudan budaya dan seni Iran yang paling menonjol. Identitas nasional orang Iran terkait dengan tenun karpet. Hari Karpet Nasional diperingati setiap tanggal 22 Mei.

Dalam kesempatan yang sama, Pakar Tekstil dan Dosen Seni Rupa Prodi Kriya Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Dr. Lucky Wijayanti, M. Sn., menyampaikan, dalam perkembangannya karpet dianggap sebagai industri mewah.

“Karpet seolah representasi kemewahan. Dalam unsur budaya Timur Tengah. Permadani sebagai barang seserahan dari pihak laki-laki ke pihak perempuan. Permadani sebagai karya seni yang dikoleksi, karena: artistic, mempesona, dan karakter yang unik,” ujar Lucky Wijayanti.

Ia menambahkan, permadani juga memiliki beragam tipe dan ukuran, yang mana juga memengaruhi fungsi dan filosofi. Permadani atau karpet, lebih besar dari ukuran: 275 x 180 cm berfungi sebagai koleksi dan elemen estetis pada interior. Permadani atau rug kecil, lebih kecil dari ukuran: 275 x 180 cm berfungsi sebagai koleksi. 

Runners, berukuran 90 – 120 cm x 245 – 610 cm berfungsi sebagai penutup lantai pada bagian interior antar ruang Prayer rug/ sajadah, berukuran 60-120 cm x 120-245cm. Berfungsi sebagai koleksi dan alas untuk sholat atau berdoa (sajadah). 

Donkeybags, berukuran 60 cm x 120-150 cm berfungsi sebagai tas untuk membawa baranng-barang yang ditempatkan pada punggung keledai.

Malik Mahbooh Ahmed, salah satu pengusaha Karpet di Indonesia menjelaskan, permadaninya dihadirkan langsung dari Iran, Pakistan, Kashmir yang terbuat dari pewarna dan bahan alami seperti bulu unta, bulu domba, atau bulu kambing, yang memiliki proses pembuatan handmade dengan spiritual tinggi.

“Permadani yang kami impor memiliki proses pembuatan yang sangat berkualitas dan istimewa di mana para pekerja harus suci dari hadas, tidak berkata kasar, dan diproses dengan mendoakan para pembelinya,” kata Malik, sambil memperlihatkan koleksi karpetnya.

Sehingga, kata Malik, permadaninya itu memiliki keistimewaan dan berkualitas tinggi, dengan desain khas ala negara-negara Islam, yang diproses dengan lantunan ayat-ayat suci Al Quran, dan lantunan doa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI