Doom Spending Artinya Apa? Tren Berbahaya yang Bisa Memiskinkan Generasi Z dan Milenial

Rifan Aditya Suara.Com
Minggu, 29 September 2024 | 16:32 WIB
Doom Spending Artinya Apa? Tren Berbahaya yang Bisa Memiskinkan Generasi Z dan Milenial
Doom Spending Artinya Apa? (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belakangan ini, istilah doom spending sedang menjadi tren di kalangan anak muda, terutama generasi Z dan milenial. Lantas, doom spending artinya apa?

Generasi Z dan milenial kerap disebut-sebut akan semakin tertinggal dari segi ekonomi dibandingkan generasi pendahulunya. Salah satu faktor yang menyebabkan kemunduran tersebut adalah doom spending.

Doom spending ini cukup erat kaitannya dengan self reward. Sebagian anak muda kerap menghabiskan uang dan membeli barang-barang di luar kebutuhan dengan dalih self reward.

Jika kebiasaan doom spending ini semakin marak dan tidak terkontrol, dua generasi tersebut diperkirakan akan lebih cepat miskin dan tidak memiliki tabungan untuk hari tua.

Baca Juga: Bisa Bikin Miskin Milenial dan Gen Z, Apa yang Memicu Doom Spending?

Apa Itu Doom Spending?

Mengutip dari Psychology Today, doom spending mengacu pada fenomena yang terjadi saat seseorang menghabiskan uang tanpa berpikir panjang, untuk mengatasi stres.

Doom spending merujuk pada kondisi saat anak-anak muda lebih memilih menghabiskan uang untuk bersenang-senang daripada menabung. Hal ini merupakan pelampiasan seseorang saat mengkhawatirkan kondisi ekonomi di masa depan.

Dosen senior keuangan di King's Business School dan mantan bankir Ylva Baeckstrom menyebutkan bahwa doom spending merupakan kebiasaan hal yang tidak sehat dan dapat  berakibat fatal. Hal ini salah satunya disebabkan oleh paparan media sosial.

Munculnya media sosial dapat memperburuk perasaan tidak mampu atau FOMO (Fear of Missing Out), yang mendorong seseorang untuk berbelanja dalam upaya untuk mengikuti norma-norma sosial yang dianggap berlaku.

Anak muda muda cenderung tidak memiliki literasi keuangan dan perspektif jangka panjang untuk menahan diri dari pengeluaran impulsif, terutama ketika dihadapkan dengan pemicu stres yang mendesak.

Baca Juga: Generasi Sandwich: Terhimpit Doom Spending, Masa Depan Makin Suram?

Banyak anak muda mengadopsi pola pikir You Only Live Once (YOLO) dan memilih menikmati hidup dengan membeli barang-barang mewah. Akses mudah terhadap pinjaman online melalui platform media sosial memperparah fenomena ini.

Di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa pada Agustus 2023, total pinjaman melalui fintech lending mencapai Rp20,53 triliun, dengan 60 persen pengguna berasal dari milenial dan generasi Z yang berusia 19-34 tahun.

Fenomena doom spending ini menimbulkan kekhawatiran bahwa generasi muda tidak hanya menghadapi tekanan ekonomi, tetapi juga berisiko terjerat hutang yang dapat memperburuk kondisi keuangan mereka di masa depan.

Cara Menghindari Doom Spending

Mengutip dari aboutschwab.com, ada beberapa cara yang dapat diterapkan agar terhindar dari tren doom spending.

1. Batasi Pengeluaran yang Tidak Penting

Pemborosan sering terjadi ketika seseorang sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Anda bisa membatasi pengeluaran agar tidak impulsif saat berbelanja.

Salah satu caranya adalah dengan membuat "penghalang". Misalnya dengan menghapus data kartu kredit di e-commerce, dan beralih menggunakan uang tunai untuk pembayaran saat berbelanja di gerai atau toko.

Untuk pembelian online, pertimbangkan untuk berhenti sejenak selama 24 jam sebelum mengklik "bayar sekarang". Anda mungkin menyadari bahwa Anda bahkan tidak menginginkan barang yang Anda lihat saat berselancar di e-commerce saat larut malam.

2. Ubah Kebiasaan dalam Bermedia Sosial

Pengeluaran untuk hal-hal yang tidak penting memiliki akar yang sama dengan doomscrolling, di mana orang-orang terus-menerus berkubang dalam berita buruk di media sosial atau situs web berita.

Meskipun mengikuti perkembangan terkini itu penting, membaca dan menonton terlalu banyak konten tentang topik-topik berat dapat memperkuat persepsi bahwa tidak ada alasan untuk merencanakan masa depan.

Oleh karena itu, ubah kebiasaan Anda dalam mengakses internet, khususnya media sosial. Lakukan hal-hal yang lebih bermanfaat di dunia nyata, seperti berolahraga, berkumpul dengan teman, atau melakukan hobi yang sederhana.

Pertimbangkan untuk mengurangi waktu yang Anda habiskan di media sosial. Hal ini tidak hanya akan membantu mengubah pola pikir Anda ke arah yang lebih positif, tetapi juga berarti algoritme akan mulai menunjukkan lebih banyak konten yang hangat dan menyenangkan.

3. Prioritaskan Menabung

Menghamburkan uang untuk mengatasi stres saat ini kemungkinan akan membuat Anda semakin stres di masa mendatang. Namun, jika Anda mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kondisi finansial, Anda dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan tersebut.

Meskipun menabung 10% atau 15% dari pendapatan Anda untuk masa pensiun tidak memungkinkan saat ini, menyisihkan sedikit saja akan menempatkan Anda pada posisi finansial yang lebih baik daripada tidak menabung sama sekali.

Itulah penjelasan mengenai tren doom spending, serta cara untuk menghindarinya, terutama bagi kaum muda generasi Z dan milenial. Semoga bermanfaat.

Kontributor : Dini Sukmaningtyas

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI