Suara.com - Akses kesempatan kerja bagi difabel yang masih terbatas telah mendorong banyak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk mewujudkan bisnis inklusif. Salah satunya adalah ABC Woodentoys yang bahkan sudah menunjukkan komitmen merangkul penyandang disabilitas sejak lebih dari 20 tahun lalu.
"Suami saya adalah guru sekolah luar biasa (SLB), jadi ingin menciptakan lapangan kerja untuk teman-teman difabel. Harapannya, lulusan dari SLB ini bisa mendapatkan tempat untuk bekerja, khususnya kriya kayu," ungkap pemilik ABC Woodentoys, Rita Indriana, kepada Suara.com, Selasa (17/9/2024).
Ditemui di showroom ABC Woodentoys yang berlokasi di Gendeng GK IV/598 A, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta, Rita mengungkapkan kisah di balik usaha mainan edukatif yang berdiri pada 2003 lalu tersebut.
Suatu saat, salah satu anak Rita mesti dirawat di rumah sakit. Kala itu, Rita merasa antusias saat mengetahui terdapat perpustakaan mini untuk pasien anak-anak. Hanya saja, mainan edukatif yang disedikakan ternyata merupakan produksi luar negeri.
"Akhirnya saya bilang sama suami, 'Gimana kalau bikin mainan saja?'," kata Rita.
Sejak awal berdiri, ABC Woodentoys sudah melibatkan tenaga kerja difabel. Mulanya Rita masih bekerja sebagai karyawan sebuah penerbit di Yogyakarta, tetapi dirinya lalu memutuskan resign pada 2006 agar bisa fokus mengembangkan bisnis mainan edukatif.
Produk ABC Woodentoys yang tadinya hanya mainan puzzle ketangkasan perlahan berkembang menjadi sangat beragam. Rita dengan senang hati menerima permintaan konsumen yang ditemui saat pameran maupun mereka yang datang langsung ke showroom.
Tidak perlu waswas soal kualitas. Sejak 2015, produk mainan edukatif ABC Woodentoys juga sudah bersertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Sasaran konsumen kita adalah PAUD, KB, TK atau usia sekitar 2-7 tahun. Mainan kayu itu arahnya untuk anak tahun, sementara anak dua tahun bisa pakai soft toys berbahan kain. Kami ada boneka tangan untuk story telling," kata Rita.
Baca Juga: Kisah UMKM Inspiratif, Batik Akasia Mekar Lebih Indah Bersama YDBA
Area pemasaran pun semakin meluas, tidak hanya di Yogyakarta dan sekitarnya. Selain bekerja sama dengan sekolah dan rajin mengikuti pameran hingga ke luar negeri, Rita menyadari pentingnya promosi dan strategi penjualan secara daring. ABC Woodentoys juga telah bermitra dengan lebih dari 100 reseller di seluruh Indonesia.
"Kami juga ada lebih dari 10 tempat konsinyasi di Jogja, seperti toko mainan, toko alat tulis, Taman Pintar, ada sekolah juga," imbuh ibu dua anak ini.
Bahkan, ABC Woodentoys kini tengah bersiap untuk memasuki pasar ekspor. "Kita sudah ke luar negeri, tapi baru retail di Singapura dan Australia," ujar perempuan yang rupanya pernah mengajar PAUD selama 10 tahun ini.
Karyawan ABC Woodentoys saat ini mencapai 10 orang dan tiga di antaranya adalah difabel. Ada dua orang tunagrahita dan seorang tunawicara yang bekerja di bagian produksi.
Rita menuturkan, "Karena salah satu misi ABC Woodentoys adalah menciptakan lapangan kerja untuk difabel, harapannya kami bisa jadi shelter workshop mandiri untuk teman-teman difabel. UMKM dan perusahaan lain juga harapannya dapat mengikutsertakan teman-teman difabel menjadi karyawan atau bagian di dalam berkarya."
Kesuksesan ABC Woodentoys diakui tak lepas dari dukungan berbagai pihak, salah satunya Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).
"ABC Woodentoys bergabung di YDBA tahun 2019, lalu 2023 jadi UKM Mandiri. Mula-mula kami ikut pelatihan. Ada pelatihan manajemen, pelatihan keuangan, dan lainnya. Setelah pelatihan, pasti ada pendampingan lebih lanjut," papar perempuan 54 tahun ini.
Menurut Rita, proses pendampingan itulah yang membuatnya sangat terkesan dengan YDBA. Pelaku UMKM seperti dirinya benar-benar dibantu hingga bisa menjalankan dan mengembangkan berbagai aspek secara mandiri.
"Komitmennya YDBA itu 'Beri Kail Bukan Ikan'. Jadinya, kami memang diberi skill, fondasi keuangan yang kuat, sistem pemasaran yang memadai agar selanjutnya bisa mengembangkan sendiri," ucap Rita.
"Saya lebih cocok seperti itu. Kalau dikasih ikan, ikannya habis, tidak bisa apa-apa. Kalau dikasih kail, karena sudah punya skill, kita bisa inovasi atau kolaborasi. Kailnya harus dikasih umpan seperti apa supaya dapat ikan yang besar?"
Kontribusi Astra dalam pembinaan UMKM
Pada tahun 1980, saat perusahaan besar di Indonesia belum memikirkan program Corporate Social Responsibility (CSR) atau kontribusi sosial, founder Astra, Oom Wiliam Soeryadjaya, telah mendirikan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) dengan fokus membina UMKM. Oom ingin Astra berkembang dan bermanfaat seperti pohon rindang yang berguna sebagai tempat berteduh dari hujan dan panas.
"Singkat kata, Oom ingin Astra menjadi perusahaan yang bermanfaat bagi masyarakat dan negara, sejalan dengan tujuan Astra 'Sejahtera Bersama Bangsa'," ungkap Ketua Pengurus YDBA, Rahmat Samulo, saat dihubungi Suara.com pada Rabu (25/9/2024).
Sebagaimana yang sebelumnya disebut owner ABC Woodentoys, YDBA memang didirikan dengan filosofi "Beri Kail Bukan Ikan". Artinya, Astra melalui YDBA memberikan program pembinaan yang bukan bersifat short term/charity, tetapi sustain melalui program pelatihan dan pendampingan yang bersifat manajemen juga teknis, fasilitasi pemasaran dan fasilitasi pembiayaan yang mendukung kemandirian UMKM.
"YDBA juga mendukung bagaimana UMKM dapat memenuhi legalitas yang dibutuhkan UMKM di setiap sektor," ujar Samulo.
Sebanyak 1.328 UMKM tercatat aktif mengikuti program pembinaan YDBA di tahun 2024. UMKM tersebut tersebar di 19 wilayah, antara lain Cakung, Banyuwangi, Bantul, Solo, Tegal, Banyumas, Salatiga, Citeureup dan Puncak Dua Bogor, Lebak Banten, Sangatta Kaltim, Paser Kaltim, Bontang Kaltim, Manggarai Barat NTT, Manggarai Timur NTT, Barito Utama Kalimantan Tengah, Tanjung Kalimantan Selatan, Bandung, dan Cikuya Tangerang.
Di wilayah Yogyakarta sendiri, terdapat 142 UMKM yang tengah dibina Astra melalui YDBA. Salah satunya adalah ABC Woodentoys yang meraih prestasi sebagai UMKM dengan QCC Terbaik Juara 1 Kategori Kerajinan/Kuliner pada YDBA Award 2023.
"Yogyakarta menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki potensi, baik di industri manufaktur, kerajinan, dan pertanian," tutur Samulo.
Samulo menambahkan, "Melihat potensi tersebut, pada tahun 2012 Astra melalui YDBA mendirikan cabang atau dikenal Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) yang menjalankan pembinaan di sektor manufaktur, bengkel R4, pertanian bernilai tambah serta kerajinan dan kuliner."