Itang Yunasz hingga Dian Pelangi: Pesona Deretan Wastra Indonesia dalam Modest Fashion di IN2MF Paris

Selasa, 24 September 2024 | 11:39 WIB
Itang Yunasz hingga Dian Pelangi: Pesona Deretan Wastra Indonesia dalam Modest Fashion di IN2MF Paris
Desainer Modest Fashio Itang Yunasz hingga Dian Pelangi: Pesona Wastra Indonesia di IN2MF Paris (Dok. Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Fesyen dengan tampilan yang santun atau yang dikenal sebagai modest fashion saat ini bukan hanya sebuah tren, namun suatu gerakan global yang mencerminkan keanggunan, martabat, dan kebanggaan budaya yang selaras dengan nilai-nilai Indonesia.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung menyampaikan, kontribusi industri modest fashion dalam mendukung kemajuan ekonomi syariah perlu diperkuat ke pasar global, selaras dengan capaian Indonesia yang telah menduduki peringkat ketiga di bidang industri modest fashion pada laporan State of the Global Islamic Economy 2023. 

"Bank Indonesia mencatat nilai ekspor komoditas modest fashion selama periode Januari sampai dengan Juli 2024 mencapai USD632,76 juta, atau secara tahunan meningkat sebesar 3,38%," kata dia seperti yang dikutip dalam siaran pers yang Suara.com terima baru-baru ini.

Mendukung upaya tersebut, Bank Indonesia kembali bersinergi dengan Kementerian Koperasi dan UKM, Indonesia Fashion Chamber (IFC) dan Kedutaan Besar Republik Indonesia Paris Prancis menggelar perhelatan Indonesia Internasional Modest Fashion Festival (IN2MF) pada 7 September 2024 lalu. 

Baca Juga: Cara Modest Fashion Indonesia Kenalkan Nilai Keislaman ke Dunia

Acara yang sukses digelar kedua kalinya ini diintegrasikan dengan pameran perdagangan skala global Who's Next pada 8-10 September 2024 di Porte de Versailles, Paris. Ajang ini menampilkan fesyen berbasis wastra dengan prinsip berkelanjutan dan santun yang siap bersaing di pasar global dari segi kualitas, inovasi maupun tren terkini.

IN2MF Paris kali ini turut menampilkan karya desain ternama Indonesia di antaranya adalah Itang Yunaz, Wignyo, dan Dian Pelangi. Gelaran berkelas dunia yang diluncurkan sejak Oktober 2022 ini ditargetkan menjadi rujukan bagi industri modest fashion dunia dan mendorong Indonesia menjadi pemain kunci di pasar global.

Berikut koleksi memukau sederet desainer Indonesia dalam gelaran IN2MF Paris.

Batik Chic by Novita Yunus

Batik Chic by Novita Yunus menghadirkan koleksi bertema "Indigo Whispers" yang menggabungkan tradisi, keberlanjutan lingkungan, dan gaya kontemporer, dengan inspirasi dari warna lautan indigo yang memancarkan keindahan alam Indonesia. 

Baca Juga: 3 Desainer ASEAN Sukses Pukau Panggung JF3 2024

Koleksi ini merupakan hasil dari keterampilan pengrajin Indonesia yang mengutamakan warisan budaya dan komitmen terhadap keberlanjutan yang tercermin dalam penggunaan bahan ramah lingkungan dan praktik produksi yang etis.

Kain ecoprint sutra yang mewah dipadukan dengan sutra Garut untuk menciptakan busana elegan yang dilengkapi dengan detail bordir yang rumit. 

Yece by Yeti Topiah 

Yece by Yeti Topiah menampilkan koleksi bertema “Beusea” yang terinspirasi dari kekayaan bawah laut Indonesia. Laut Indonesia merupakan wilayah dengan keanekaragaman terumbu karang tertinggi di dunia. 

Mengacu pada terumbu karang laut yang berbentuk geometri, koleksi ini menggunakan kain tenun Indonesia dengan ciri yang sama. Kekayaan biota laut yang beragam warna tetapi hidup selaras dan harmonis turut menginspirasi koleksi ini yang menggunakan wastra berupa tenun Troso Jepara.

Tenun adalah kain yang dibuat dengan teknik mengabungkan benang secara memanjang (disebut benang lungsi) dan melintang (disebut benang pakan) secara bergantian. Detail sulaman memberi kesan eksklusif pada koleksi ini. 

Luvnic by Luffi 

Luvnic by Luffi menghadirkan koleksi yang terinspirasi dari suasana dan rasa kehidupan yang diinginkan manusia yaitu kebahagiaan, hati yang tenang, suasana yang tentram, damai, dan alam semesta pun menyambut dengan suka cita. 

Yang digambarkan dari suasana alam yang tenang, cuaca yang sejuk cerah, air yang mengalir dengan tenang, cahaya matahari yang terang yang kemudian diaplikasikan melalui karya busana dengan menggunakan warna terang dan energik seperti biru, kuning, putih, serta desain kasual, simple.

Serta motif batik modern yang diambil dari inspirasi bentuk geometri dari alam semesta yang memberikan suasana tenang dan nyaman.

Brilianto

Brilianto menampilkan koleksi bertema “Reunited” yang bermakna menyatukan kembali. Koleksi ini merupakan hasil dari menyatukan potongan-potongan bahan menjadi satu sehingga bisa dipakai kembali. Penggunaan bahan dengan warna, tekstur, dan motif senada dengan wastra Sumatera Selatan yaitu kain jumputan. 

Koleksi ini terbilang eksklusif dan limited karena dibuat tangan dengan detail yang rumit, sehingga memiliki nilai artistik yang tinggi. Koleksi ini juga mengajarkan tentang pelestarian lingkungan karena menggunakan banyak material yang ramah lingkungan dan material daur ulang yang diproses dengan baik sehingga memiliki nial jual yang tinggi.

Jamilah x Prafito by Tujuh Bersaudara

Desainer Modest Fashion Itang Yunasz hingga Dian Pelangi: Pesona Wastra Indonesia di IN2MF Paris (Dok. Istimewa)
Desainer Modest Fashion Itang Yunasz hingga Dian Pelangi: Pesona Wastra Indonesia di IN2MF Paris (Dok. Istimewa)

Jamilah x Prafito by Tujuh Bersaudara meluncurkan debut koleksi bertema “Hanabloem” dengan desain kontemporer yang mewah menggunakan wastra Sumatera Selatan. Kain premium yang terbuat dari tenun, sutra, dan linen bertekstur menjadi sorotan utama dalam koleksi Musim Semi/Musim Panas 2025 ini yang menciptakan tampilan yang unik. 

Kemewahan yang tercipta dari koleksi ini dirancang dengan memperhatikan pula kenyamanan dengan menggunakan cutting terkini.

Dama Kara

Dama Kara menghadirkan koleksi bertema “Ramaniya” yang dalam bahasa sansakerta memiliki arti Permata yang Cantik. Koleksi ini dibuat sebagai upaya untuk mengolah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat sehingga memiliki pesan untuk lebih peka terhadap kebermanfaatan lingkungan sekitar. 

Koleksi ini mengeksplorasi limbah ampas kopi sebagai pewarna alami yang dipadukan dengan wastra tenun Garut yang dibuat oleh pengrajin, teknik bordir, dan batik cap traditional.

Koleksi ini mengaplikasikan motif piramid dan Gayatri dengan filosofi yang terkandung bahwa setiap insan diciptakan dengan keistimewaannya masing-masing. 

Dua garis pada motif Gayatri memiliki makna dualisme yaitu di balik sisi kurang yang terlihat, tiap insan dianugerahi kelebihan oleh sang pencipta. Sedangkan motif piramid yang memiliki siluet segi empat memiliki simbol kemakmuran dan kesejahteraan.

Itang Yunasz 

Itang Yunasz menghadirkan koleksi bertema “Arunika” yang diambil dari bahasa Sanskerta dengan arti “cahaya fajar” yang melambangkan awal yang baru, harapan, dan keindahan yang muncul saat matahari terbit. 

Arunika dikaitkan dengan Pulau Bali yang terkenal memiliki keindahan alam, budaya, dan wastra seperti kain songket dengan keragaman motifnya. Koleksi ini mengadaptasi elemen tradisional dan sentuhan modern. 

Setiap desain menggabungkan kemewahan bahan premium dengan keunikan motif songket Bali, menciptakan busana yang tak hanya menonjolkan estetika, namun juga sarat makna budaya. 

Wignyo

Wignyo menghadirkan koleksi bertema “Second Life” sebagai wujud kepedulian terhadap pelestarian lingkungan. Wignyo memanfaatkan potongan kain tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang sebelumnya tidak terpakai dan hanya berakhir sebagai limbah tekstil.

Melalui eksplorasi desain dengan teknik aplikasi perca, potongan-potongan kain tenun ATBM hasil pengembangan Wignyo seperti spunsilk, tenun full bintik, tenun lurik, tenun salur bintik, dan tenun benang putus, dirangkai menjadi gaya pakaian yang artistik.

Dian Pelangi

Desainer Modest Fashion Itang Yunasz hingga Dian Pelangi: Pesona Wastra Indonesia di IN2MF Paris (Dok. Istimewa)
Desainer Modest Fashion Itang Yunasz hingga Dian Pelangi: Pesona Wastra Indonesia di IN2MF Paris (Dok. Istimewa)

Dian Pelangi menampilkan koleksi bertema “Street Style Parisian” yang merupakan perpaduan gaya kasual modern dengan sentuhan budaya tradisional melalui penggunaan wastra tenun limar khas Palembang. 

Setiap detail dalam koleksi ini dirancang dengan teknik tenun dan bordir yang unik, menghasilkan tampilan yang elegan dan memikat. Penggunaan bahan jeans memberikan nuansa kasual yang menjadi ciri khas koleksi ini. 

Dian Pelangi juga mengusung prinsip sustainable development goals (SDG) khususnya zero waste, dengan memanfaatkan kain perca sisa produksi menjadi embellishment berbentuk bunga-bunga. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI