Adu Sanad Ilmu Agama Islam UAS vs Kiai Imad, 2 Ulama yang Bertikai karena Nasab Habib

Wakos Reza Gautama Suara.Com
Sabtu, 14 September 2024 | 10:35 WIB
Adu Sanad Ilmu Agama Islam UAS vs Kiai Imad, 2 Ulama yang Bertikai karena Nasab Habib
Adu sanad keilmuan agama UAS vs Kiai Imad. [Instagram @ustadzabdulsomad_official]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dua ulama, Ustaz Abdul Somad alias UAS dan KH Imaduddin Utsman al-Bantani, berseteru gara-gara polemik nasab habib di Indonesia. 

UAS adalah ulama yang mengakui bahwa habib adalah keturunan Nabi Muhammad SAW. Sementara Kiai Imad sebaliknya. Dia dengan tegas menyatakan habib bukan keturunan Rasulullah SAW.

Menurut UAS, orang yang menolak habib nanti ujungnya akan menolak Islam. Bahkan kata UAS, orang-orang yang menanamkan kebencian terhadap habib bukan tidak mungkin kelak keturunannya menjadi ateis. 

Kiai Imad menanggapi pernyataan UAS dengan lebih keras. Ia menganggap UAS telah membodohi jamaahnya karena tidak memiliki dalil mengenai habib adalah keturunan Nabi SAW. 

Baca Juga: Saling Serang UAS vs Kiai Imad Soal Nasab Habib, Sampai Keluar Tuduhan Miring

"Ketika UAS percaya habib cucu nabi minimal dia punya dalilnya. Dalilnya mana UAS bahwa habib itu cucu nabi? Saya menantang UAS untuk memberikan dalil tentang habib cucu nabi. Selama ini tidak ada," kata Kiai Imad.

Kiai Imad lalu menyindir UAS sebagai ulama yang jago menghafal tanpa pernah memahami isi Alquran dan hadis Nabi SAW.

Menurutnya, UAS saat membahas mengenai solat selalu mencantumkan dalil tapi hanya berupa menghafal saja. UAS, kata dia, tidak pernah mengutip dari kitab ulama kemudian dibacakan kitabnya.

Seorang ulama ujar Kiai Imad, bukan hanya bisa menghafal hadis-hadis dan ayat Alquran tapi memahami Alquran dan hadis untuk menjadi sebuah way of life bagi umat Islam dalam menghadapi tantangan setiap masa.

"Yang bisa menafsirkan Alquran kemudian memberikan jawaban tantangan setiap masa adalah ulama yang memahami Alquran secara dalam bukan hanya tekstual hafalan," ujarnya.

Baca Juga: Pesan Menohok UAS untuk Rhoma Irama cs yang Menolak Habib: Lihat Nanti 20 Tahun Lagi

Lalu seperti apa sanad keilmuan atau latar belakang pendidikan dua ulama ini? Berikut ulasannya. 

Latar Belakang Pendidikan UAS

Sejak kecil, Ustaz Abdul Somad mengenyam pendidikan di lingkungan islami. Saat sekolah dasar, UAS sekolah di SD AL-Washliyah Medan. Pada jenjang menengah pertama, UAS sekolah di  MTs Mu’allimin.

Lulus MTs ,UAS melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Darul Arafah Deli Serdang selama setahun. Baru setelah itu ia pindah ke Madrasah Aliyah Nurul Falah di wilayah Indragiri Hulu dan tamat pada tahun 1996.

Di jenjang pendidikan tinggi, Ustaz Abdul Somad kuliah di UIN  Sultan Syarif Kasim (SISKA) Riau Fakultas Tarbiyah, jurusan Bahasa Arab, selama dua tahun. S1 di Fakultas Tarbiyah, jurusan Bahasa Arab. 

Setelah itu UAS mendapatkan beasiswa kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Al Azhar adalah universitas Islam terkemuka di dunia karena diampu para guru yang ahli di bidangnya. Lulus dari Al Azhar, dia melanjutkan S2 di Institut Dar Al-Hadis Al-Hassania melalui beasiswa Kerajaan Maroko.

Ia lalu mengambil gelar Ph.D di Oum Durman Islamic Universiti Sudan, tahun 2019. Disertasinya membahas kontribusi pendiri NU Hadlratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari Dalam Penyebaran Sunnah di Indonesia.  

Latar Belakang Pendidikan Kiai Imad

Sedikit berbeda dengan UAS, Kiai Imad tidak belajar sekolah Islam di waktu kecil. Ia lulusan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kresek III, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Kresek. Baru saat  di jenjang menengah atas, Kiai Imad belajar di sekolah Islam yaitu Madrasah Aliyah (MA) Ashhabul Maimanah, Serang, Banten.

Ia Lalu melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten di Serang (sekarang UIN Banten, Sarjana Agama) serta Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), Jakarta dan memperoleh gelar Magister Agama.

Kiai Imad termasuk orang haus ilmu. Dia menuntut ilmu dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Mula dari ujung Banten, ujung Jawa Barat, dari Jawa hingga ke Mesir.

Di Banten, Kiai Imadudin memperoleh ilmu dari ulama utama di zamannya yaitu KH. Syanwani bin Abdul Aziz, dari KH. Sanja bin Kasmin, dari KH. Mufti Asnawi, dari KH. TB. Hasuri bin Tohir, dari KH. Muhammad Dimyathi bin Amin, dari KH. Bustomi bin Jasuta, dari KH. Rafiudin, dari KH. Rusdi.

Ia juga pernah belajar dari KH. Hasan Basri Karawang Jawa Barat, dari KH. Solahudin Kaliwungu, dan dari Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdul Ba’its al-Kattani al-Iskandari Mesir.

"Guru-gurunya ini jika dilihat dari ketersambungan sanadnya adalah cucu murid dari Syaikh al-Alim al-Allamah al-Arif Billah al-Zahid al-Hafidz Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani, seperti KH. Syanwani murid dari Abuya Siddiq Combong Baros, dan Abuya Siddiq murid dari Syaikh Nawawi al-Bantani," dikutip dari Liputan9.id.

Dengan demikian, KH. Imadudin Usman adalah cicit murid dari Syaikh Nawawi al-Bantani, bukan cicit secara nasab biologis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI