"Ketika UAS percaya habib cucu nabi minimal dia punya dalilnya. Dalilnya mana UAS bahwa habib itu cucu nabi? Saya menantang UAS untuk memberikan dalil tentang habib cucu nabi. Selama ini tidak ada," kata Kiai Imad.
Ia lalu memohon kepada UAS ketika membela nasab para habaib minimal ada narasi-narasi ilmiah yang diungkapkan. Menurut Kiai Imad, UAS harus mencantumkan dalil sehingga tidak membuat syarakat bodoh hanya untuk bertaklid. Padahal kata dia, Allah melarang hamba-Nya untuk bertaklid.
"Alquran melarang kita mengikuti sesuatu tanpa dalil tapi UAS meminta jamaahnya agar mengikuti bahwa habib itu adalah cucu nabi tanpa ada dalil," ujarnya.
Kiai Imad lalu menyindir UAS sebagai ulama yang jago menghafal tanpa pernah memahami isi Alquran dan hadis Nabi SAW.
Menurutnya, UAS saat membahas mengenai solat selalu mencantumkan dalil tapi hanya berupa menghafal saja. UAS, kata dia, tidak pernah mengutip dari kitab ulama kemudian dibacakan kitabnya.
Seorang ulama ujar Kiai Imad, bukan hanya bisa menghafal hadis-hadis dan ayat Alquran tapi memahami Alquran dan hadis untuk menjadi sebuah way of life bagi umat Islam dalam menghadapi tantangan setiap masa.
"Yang bisa menafsirkan Alquran kemudian memberikan jawaban tantangan setiap masa adalah ulama yang memahami Alquran secara dalam bukan hanya tekstual hafalan," ujarnya.