Kemenkes Ungkap Sebab Alkes Buatan Lokal Indonesia Susah Tambah Banyak, Masyarakat Ogah Pakai?

Jum'at, 13 September 2024 | 18:15 WIB
Kemenkes Ungkap Sebab Alkes Buatan Lokal Indonesia Susah Tambah Banyak, Masyarakat Ogah Pakai?
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Lucia Rizka Andalucia bersama Direktur Utama BPJS Ali Ghufron Mukti memperkenalkan alkes lokal Dialyzer dan Mobile Alkes pertama di Indonesia, Jakarta (9/9/2024) [Suara.com/Dini Afrianti]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Di sisi lain, fakta sulitnya buat alkes  lokal juga diungkap Direktur PT Forsta Kalmedic Global, Yvone Astri Della Sijabat yang menceritakan di balik proses pembuatan Dialyzer RenaCare. Meski TKDN-nya sangat tinggi namun ada komponen yang sulit didapat, yakni bagian fiber karena harus melibatkan pabrik bahan kimia dengan kapasitas sangat besar.

"Kita cukup yakin TKDN (dialyzer) sangat tinggi, karena semua komponen itu bisa didapatkan dari lokal, tinggal fiber (di bagian dalam), karena itu industrinya udah termasuk industri kimia yang harus running dengan kapasitas set up bisa 10 hingga 12 juta unit per tahun, sementara konsumsi (penggunaan) nasional kita belum sampai ke situ," jelas Yvone.

Inilah sebabnya, perusahaan yang di bawah naungan PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) sebagai produsen perlu produknya diserap, sehingga peneliti, tenaga kerja, komponen dalam negeri bisa semakin diberdayakan.

"Jadi dengan semakin banyaknya pasien cuci darah yang dilayani oleh BPJS, dan ekonomi semakin efektif dan berputar, harapannya adalah begitu volume naik, banyak pasien terlayani bisa bangun pabrik untuk fibernya ke depan," paparnya.

Perlu diketahui dialyzer adalah bahan habis pakai alias consumables penting dalam tindakan hemodialisis atau cuci darah untuk pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal secara drastis.

Data Indonesia Renal Registry menunjukan, adanya tren peningkatan kasus penyakit ginal kronis pada 2022 mencapai 63.489 pasien aktif yang menjalani hemodialisis dan ada 158.929 pasien terdeteksi dengan penyakit gagal ginjal kronik.

Selain itu, data BPJS Kesehatan  cuci darah dinyatakan sebagai tindakan dengan biaya terbesar keempat pada mengeluaran BPJS. Ditambah 90 hingga 95 persen pasien cuci darah ditanggung negara secara gratis menggunakan dana BPJS, yang merupakan uang negara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI