Kisah Misterius Pasukan Elit Marinir Menyusup ke Wisma Yaso Hendak Bebaskan Sukarno

Wakos Reza Gautama Suara.Com
Selasa, 10 September 2024 | 14:37 WIB
Kisah Misterius Pasukan Elit Marinir Menyusup ke Wisma Yaso Hendak Bebaskan Sukarno
Ilustrasi Presiden Sukarno. Kisah upaya pembebasan Sukarno dari Wisma Yaso. [BeritaBali.com].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - TAP MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintah Negara dari Presiden Sukarno resmi dicabut Pemerintah RI.

Sebagai tindak lanjutnya, pimpinan MPR RI menyerahkan surat mengenai tidak berlakunya TAP MPRS 23 itu keluarga Sukarno pada Senin (9/9/2024) kemarin.

Surat tersebut diserahkan langsung kepada sejumlah anak Sukarno yang hadir, di antaranya Presiden Ke-5 RI Megawati Sukarnoputri, Guntur Sukarnoputra, Sukmawati Sukarnoputri, dan Guruh Sukarnoputra. 

Dengan adanya penegasan tidak berlakunya TAP MPRS 23 itu, Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, berharap stigma terhadap Sukarno yang dianggap terlibat Gerakan 30 September 1965 dan dicap sebagai pengkhianat, bisa hilang. 

Baca Juga: Kehidupan Siti Oetari yang Jarang Diketahui, Istri Pertama Presiden Soekarno Sekaligus Nenek Maia Estianty

"Yang telah membuat luka mendalam bagi diri Bung Karno, keluarga, dan rakyat Indonesia yang mencintai Bung Karno sebagai pahlawan bangsanya, proklamator bangsa, dan penggali Pancasila," kata dia dikutip dari ANTARA.

Sukarno Jadi Tahanan Rumah

Bung Karno dijadikan tahanan rumah tak lama setelah Suharto menjadi Presiden RI pada 12 Maret 1967. Pemerintah saat itu menganggap Bapak Proklamator itu terlibat dalam Gerakan 30 September 1965 atau Gestapu. 

Awalnya Bung Karno ditempatkan di paviliun Istana Bogor. Sementara anak-anaknya dipulangkan ke rumah Fatmawati.

Kegiatan Sukarno selama di Istana Bogor hanya memeriksa tanaman, membersihkan patung dan berolahraga. Pergerakan Bung Karno dibatasi selama di Istana Bogor.

Baca Juga: Kisah Cinta Nenek Maia Estianty, Istri Pertama Soekarno yang Dinikahi Usia 16 Tahun

Pangdam Siliwangi HR Dharsono melarang Sukarno keluar dari wilayah hukum Kodam Siliwangi. Jika ada kegiatan di luar Istana Bogor, Bung Karno harus meminta izin Pangdam Siliwangi.

Sementara Pangdam Jaya Amir Machmud juga melarang Sukarno masuk ke dalam wilayah DKI Jakarta. Karena itu setiap Bung Karno harus ke Jakarta untuk pemeriksaan kesehatannya, ia harus mengantongi izin dari Dua Pangdam tersebut.

Ajudan Sukarno, Sidarto Danusubroto harus bolak baik ke Kodam Siliwangi dan Kodam Jaya setiap Bung Karno akan ke Jakarta untuk pemeriksaan medis. Di Kodam, Danu mengaku dipandang sinis oleh para prajurit TNI karena dicap sebagai Orang Sukarno.

Tinggal di lingkungan Istana membuat Sukarno lama kelamaan tidak nyaman. Ia meminta pindah. Permintaannya dikabulkan. Sukarno pindah ke rumah peristirahatannya di Batutulis, Bogor.

Di sana Sukarno hampir setiap hari diinterogasi petugas mengenai keterlibatannya dalam peristiwa Gestapu.

Tak betah menghadapi situasi seperti itu, Sukarno minta pindah ke Jakarta. Akhirnya Sukarno pindah ke Wisma Yaso.

Wisma Yaso adalah rumah yang dibangun istri Sukarno, Ratna Sari Dewi, untuk Sukarno. Belakangan oleh Suharto Wisma Yaso diubah menjadi Museum Satria Mandala.

Di Wisma Yaso, hidup Sukarno bertambah sulit. Ia tidak boleh meninggalkan Wisma Yaso dan tidak diperkenankan menerima tamu.

Tidak lagi menerima gaji dan fasilitas apapun dari negara, Bung Karno harus membiayai hidupnya sendiri dalam status tahanan.

Kisah Misterius Upaya Pembebasan Sukarno

Dalam buku "Intai Amfibi Marinir: Senyap Menjaga Indonesia" dituliskan sebuah kisah misterius mengenai upaya pembebasan Sukarno dari Wisma Yaso oleh Pasukan  Komando Intai Para Amfibi (KIPAM) KKO yang kini bernama Batalyon Intai Amfibi (Yon Taifib) Marinir TNI AL.

Menurut buku itu, konon sejumlah prajurit KIPAM KKO  diperintahkan untuk masuk ke dalam Wisma Yaso, tempat Sukarno ditahan.

Misinya adalah meminta komando dari Panglima Tertinggi, Sukarno, untuk menyelamatkannya. Adalah Panglima KKO AL Letjen Hartono yang mengirimkan pasukan tangguh bak siluman ini ke Wisma Yaso.

Pasukan KIPAM berhasil masuk ke Wisma Yaso yang dijaga ketat oleh Polisi Militer TNI AD. Saat itu kondisi Sukarno sudah terbujur lemah dan tak berdaya.

Konon katanya pasukan KIPAM KKO melumpuhkan penjaga-penjaga yang menjaga ketat Wisma Yaso. Perwira pertama KIPAM lalu membangunkan Sang Proklamator.

Dia menyampaikan perintah Panglima KKO AL untuk membawa kabur dan menyelamatkan Bung Karno.
Namun, Sukarno menolak.

Bung Karno sudah rela membiarkan dirinya menjadi tumbal politik daripada melihat bangsa Indonesia didera perang saudara.

"Misi penyelamatan ini tidak pernah terkonfirmasi dan lenyap bagai angin. Hanya menjadi cerita yang tetap diyakini meskipun tidak satu pun bisa bersaksi, termasuk para KIPAM yang datang dan pergi begitu saja dari Wisma Yaso," tulis buku tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI