Suara.com - Kehadiran Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus di Indonesia pada 3 sampai 6 September 2024 tengah menjadi perhatian banyak orang, terutama umat Katolik di Tanah Air. Selain memperlihatkan kesederhanaan, Paus Fransiskus juga dipuji sebagai SJW (social justice warrior) alias pejuang keadilan sosial.
"FYI bagi non-Katolik. Paus yang datang sekarang ini SJW mentok. Perhatian khususnya tidak sebatas soal toleransi. Di masanya, beliau keluarkan ensiklik Laudato Si yang banyak bicara soal keadilan ekologis dan Fratelli tutti yang banyak mengkritik spekulasi dan industri keuangan," bunyi cuitan seorang warganet pada Kamis (5/9/2024).
Lantas apa saja gebrakan Paus Fransiskus hingga dipuji sebagai SJW? Simak penjelasan berikut ini.
Gebrakan Paus Fransiskus Sebagai SJW
1. Peduli Keselamatan dan Kelestarian Lingkungan
Baca Juga: Resmi Comeback, 2NE1 Siap Konser di Indonesia pada November Mendatang
Di tahun 2015, Paus Fransiskus mengeluarkan surat (ensiklik) ke seluruh uskup sedunia, "Laudato Si" tentang kepedulian lingkungan. Sejak itu, 354 institusi Katolik di lebih dari 50 negara telah melakukan divestasi dari bisnis energi fosil. Di tahun yang sama, Paus juga mengumpulkan walikota sedunia di Vatikan untuk konferensi dan komitmen iklim.
Gebrakan selanjutnya di tahun 2018, Paus mengumpulkan titan minyak dan meminta mereka diversifikasi bisnis. Pihak yang dipanggil Paus ini termasuk Exxon, Eni, dan BP.
Selain itu Paus Fransiskus juuga mengadakan kunjungan ke negara yang rentan dampak krisis iklim yakni Madagaskar, Mozambique, Mauritius di tahun 2019 untuk menekankan aksi ekologi.
Tak berhenti sampai di situ, Paus juga jadi tuan rumah dan berpartisipasi dalam joint appeal “Faith and Science: Towards COP26” di tahun 2021. Selain itu pada tahun 2023, Paus mengeluarkan Seruan Apostolik "Laudate Deum" untuk segera dan bersama-sama berkontribusi menanggulangi krisis iklim.
2. Sederhana Tapi Berprinsip Kuat
Baca Juga: Makna 2 Ayat Al Quran yang Dibacakan Kayla di Depan Paus Fransiskus, Jadi Sorotan Dunia
Kepemimpian Paus Fransiskus pun menonjol karena sifatnya yang sederhana, rendah hati, dan merakyat, tapi tetap menjunjung prinsip yang kuat.
Bahkan Paus Paus Fransiskus disebut sebagai paus perdamaian, keadilan, lingkungan hidup dan kaum periferi, tokoh pejuang kemanusiaan yang andal serta tak kenal lelah.
3. Komitmen Pada Perdamaian Dunia
Bukan hanya itu, Paus Fransiskus juga berkomitmen pada perdamaian yang melampaui batas-batas agama dan budaya. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, Paus mengangkat prinsip persahabatan dan saling menghargai lewat persaudaraan lintas agama.
Salah satu yang dilakukan Paus adalah penandatanganan Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Kehidupan Bersama atau dikenal dengan sebutan Dokumen Abu Dhabi bersama Imam Besar Al- Azhar di tahun 2019. Hal itu jadi langkah penting dalam usaha Paus membangun perdamaian dunia.
4. Soroti Isu Politik dan Sosial Dunia
Paus Fransiskus turut vokal menanggapi berbagai isu politik dan sosial dunia. Beliau sering mengkritik kebijakan yang membatasi hak-hak pengungsi dan imigran, termasuk kebijakan imigrasi Donald Trump, Presiden Amerika Serikat periode 2017-2021.
Paus juga secara terbuka mengecam proyek tembok perbatasan Amerika Serikat-Meksiko yang diusung Trump. Paus menyebutnya sebagai simbol pemisahan serta eksklusi yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Merespons konflik Rusia-Ukraina, Paus juga aktif terlibat dalam upaya diplomasi untuk meredakan ketegangan yang makin panas. Lewat pernyataan publik, doa dan keterlibatannya dalam dialog internasional, Paus menekankan perlunya rekonsiliasi dan mengutuk kekerasan yang menyebabkan penderitaan.
Paus juga vokal terhadap isu kudeta Myanmar dan berulang kali menyerukan pada militer Myanmar agar membebaskan para tahanan politik. Beliau pun tak segan mengkritik kebijakan pasar bebas yang dianggap gagal mensejahterakan masyarakat. Terbaru, Paus juga lantang menyuarakan gencatan senjata dalam konflik Palestina-Israel.
5. Soroti Kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak
Dalam kesempatan mendatang, Paus disebut akan membahas tema-tema kritis seperti dehumanisasi serta kekerasan pada perempuan dan anak-anak. Menurut Pater Paulus Budi Kleden SVD, Uskup Agung Ende, Flores, pesan-pesan yang akan dibawa Paus itu sangat relevan untuk Indonesia.
"Kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak dalam berbagai bentuk, baik verbal, fisik, maupun seksual, merupakan masalah yang mendalam dalam masyarakat kita," ujar Budi Kleden.
Kontributor : Trias Rohmadoni