Pukulan Telak Buat Gibran dan Kaesang, Isi Lengkap Pidato Iqbal Ramadhan tentang Sosok Moerdiono dan Penguasa

Farah Nabilla Suara.Com
Kamis, 05 September 2024 | 14:02 WIB
Pukulan Telak Buat Gibran dan Kaesang, Isi Lengkap Pidato Iqbal Ramadhan tentang Sosok Moerdiono dan Penguasa
Kolase Moerdiono dan Iqbal Ramadhan. [Antara dan Instagram]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Muhammad Iqbal Ramadhan putra penyanyi Machica Mochtar dan Jenderal Moerdiono, mantan Menteri Sekretaris Negara era Presiden Soeharto memberikan pidato yang cukup menohok.

Pidato yang disampaikan di sebuah acara televisi dipandu oleh Aiman Witjaksono ini berhasil menggugah publik. 

Kata-kata yang dituliskan pria kelahiran 1996 itu sarat akan makna yang dinilai bisa menjadi tamparan keras bagi Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep.

"Pukulan telak untuk Gibran dan Kaesang," demikian netizen banyak berkomentar mengenai pidato Iqbal Ramadhan.

Machica Mochtar dan Iqbal Ramadhan (YouTube/Maia Al El Dul TV)
Machica Mochtar dan Iqbal Ramadhan (YouTube/Maia Al El Dul TV)

Lantas seperti apa isi pidato penuh anak yang sempat tak diakui keluarga Moerdiono tersebut? Berikut naskahnya.

"Memang benar ayah saya seorang Jenderal TNI dan pejabat tinggi era Orde Baru, namun saya lahir dari rahim seorang perempuan, seorang ibu yang penuh dengan perjuangan.

Ibu saya harus bekerja keras mencari nafkah dan merawat  saya tanpa kehadiran sosok ayah. 

Saya tidak pernah menggunakan nama besar ayah saya untuk kepentingan prbadi. Saya menjaga rapat latar belakang kedua orang tua saya. Bahkan ketika saya berada pada situasi yang sangat mengerikan di hadapan aparat bersenjata yang melecehkan, memukul, dan menendang kepala saya.

Tidak sedikitpun terpikirkan untuk memanfaatkan nama besar ayah saya agar diberikan pengampunan oleh aparat.

Baca Juga: Tak Bisa Masukkan Nama Moerdiono ke Akta Kelahiran Iqbal Ramadhan, Machica Mochtar Merasa Negara Tak Adil

Hanya satu yang saya ingin ketahui bagaimana rasanya menjadi masyarakat kecil saat mereka ditangkap dan ditahan oleh aparat keamanan karena menuntut hak-haknya. Hak untuk bebas dari penyiksaan adalah hak semua anak bangsa di atas bumi manusia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI