Apa Itu Pertanian Regeneratif, Upaya Atasi Perubahan Iklim dan Mendukung Ketersediaan Pangan di Masa Depan

Vania Rossa Suara.Com
Sabtu, 31 Agustus 2024 | 13:48 WIB
Apa Itu Pertanian Regeneratif, Upaya Atasi Perubahan Iklim dan Mendukung Ketersediaan Pangan di Masa Depan
Ilustrasi pertanian regeneratif. (Freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

“Upaya mitigasi dan adaptasi kami lakukan melalui penerapan Pertanian Regeneratif yang mempromosikan keselarasan dengan alam untuk membantu petani membangun sistem yang lebih tangguh dan bisnis yang lebih sehat dengan memastikan kesehatan tanah untuk produktivitas yang berkelanjutan, serta mengurangi emisi karbon,” terang Nurdiana yang juga menyebut bahwa Unilever secara global menargetkan penerapan Pertanian Regeneratif di 1 juta hektar lahan hingga 2030 nanti.

Manfaat Pertanian Regeneratif

Pertanian regeneratif menawarkan pendekatan yang lebih holistik dan berkelanjutan dalam pengelolaan lahan pertanian. Secara garis besar, disebutkan bahwa sistem pertanian ini memiliki beberapa manfaat, di antaranya:

  1. Meningkatkan Kesuburan Tanah: Praktik pertanian regeneratif secara signifikan meningkatkan kesuburan tanah, sehingga meningkatkan produktivitas tanaman dalam jangka panjang.
  2. Mitigasi Perubahan Iklim: Tanah yang sehat mampu menyerap lebih banyak karbon dioksida dari atmosfer, sehingga membantu mengurangi dampak perubahan iklim.
  3. Meningkatkan Keanekaragaman Hayati: Pertanian regeneratif menciptakan habitat yang lebih beragam bagi berbagai organisme, sehingga meningkatkan keseimbangan ekosistem.
  4. Meningkatkan Kualitas Air: Praktik konservasi air dalam pertanian regeneratif membantu menjaga kualitas air tanah dan permukaan.
  5. Meningkatkan Ketahanan Pangan: Sistem pertanian regeneratif yang lebih beragam dan tahan terhadap perubahan iklim dapat membantu menjamin ketersediaan pangan dalam jangka panjang.

Tantangan Beralih ke Pertanian Regeneratif

Tentunya, peralihan ke pertanian regeneratif membutuhkan kolaborasi multipihak. Itu sebabnya, dibutuhkan segenap rantai pasokan dan pemangku kepentingan lainnya guna memberikan dampak positif pada regenerasi alam, termasuk dalam hal meningkatkan kesejahteraan petani dan komunitas lokal, menjaga penggunaan sumber daya yang efisien, serta menghasilkan komoditas pangan yang berkualitas untuk pemenuhan pangan masa depan yang resilien (Future Foods).

Annisa Utami Seminar, Peneliti dari CTSS IPB menjelaskan, Indonesia harus mulai mengadopsi cara bercocok tanam yang lebih efisien dan ramah lingkungan, seperti penerapan inovasi pertanian yang berkelanjutan, pertanian berbasis data yang memperhatikan keseimbangan ekosistem, sistem pengendalian hama terpadu yang meminimalkan penggunaan bahan kimia, serta penggunaan input pertanian alami dan berkelanjutan. Termasuk juga praktik pertanian regeneratif yang menjaga kesuburan tanah dan keanekaragaman hayati.

Sebagai salah satu cara dalam menghimpun kekuatan kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat tercapainya transformasi sistem pangan melalui pertanian regeneratif, Future Foods Forum (FFF) dibentuk sebagai jejaring kemitraan dan wadah diskusi lintas sektor dalam mengatasi berbagai isu seputar pangan di Indonesia.

Menurut Anton Rizki, Chief Executive Officer CIPS dan Sekretariat dari FFF, menjelaskan bahwa tujuan FFF sejalan dengan target SDG Pemerintah pada dua pilar, yaitu Zero Hunger untuk mengakhiri masalah malnutrisi; serta memperbaiki status kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

"Dalam jejaring FFF, kami memfasilitasi kegiatan anggota forum terkait kebijakan dan program yang bertujuan mencapai pertumbuhan ekonomi serta ketahanan pangan dan nutrisi di tengah meningkatnya kebutuhan pangan dan isu perubahan iklim,” pungkas Anton.

Baca Juga: Mentan Amran Minta Tambahan Anggaran Rp68 Triliun Demi Cetak Sawah Baru

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI