Apa Itu Pertanian Regeneratif, Upaya Atasi Perubahan Iklim dan Mendukung Ketersediaan Pangan di Masa Depan

Vania Rossa Suara.Com
Sabtu, 31 Agustus 2024 | 13:48 WIB
Apa Itu Pertanian Regeneratif, Upaya Atasi Perubahan Iklim dan Mendukung Ketersediaan Pangan di Masa Depan
Ilustrasi pertanian regeneratif. (Freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebagai negara agraris, sektor pertanian merupakan sumber pangan dan perekonomian nasional. Tapi mirisnya, sektor ini juga merupakan penyumbang banyak emisi karbon dan rentan terhadap perubahan iklim. Itu sebabnya, di tengah tantangan tersebut, pertanian regeneratif muncul sebagai sebuah solusi inovatif.

Dalam media briefing Future Foods Forum (FFF) yang berlangsung di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Selasa (27/8/2024), disebutkan bahwa 28,61% pekerja Indonesia bekerja pada sektor pertanian. Dan di tengah tantangan perubahan iklim dan degradasi lahan, dibutuhkan transformasi sistem pangan untuk menjamin penghidupan petani sebagai pelaku utama sekaligus pihak yang rentan terhadap risiko perubahan iklim.

Apa itu Pertanian Regeneratif?

Pertanian regeneratif adalah sistem pertanian yang berfokus pada perbaikan dan pemulihan ekosistem. Tujuan utamanya adalah menciptakan sistem pertanian yang sehat, produktif, dan berkelanjutan. Konsep ini mengintegrasikan praktik-praktik pertanian tradisional dengan ilmu pengetahuan modern untuk memulihkan tanah, meningkatkan biodiversitas, dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Konsep pertanian regeneratif ini didukung oleh PT Unilever Indonesia, Tbk. dalam upaya perusahaan melindungi keselarasan alam. Komitmen ini disampaikan perusahaan dalam ajang Future Foods Forum (FFF), sebuah wadah diskusi yang melibatkan para pemangku kepentingan lintas sektor untuk membahas upaya kolaborasi dalam transformasi sistem pangan nasional.
Acara yang digagas oleh Unilever Indonesia; Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences Institut Pertanian Bogor (CTSS IPB); Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI); dan Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) ini dihadiri oleh berbagai perusahaan, instansi kepemerintahan, komunitas dan akademisi.

”Sejalan dengan strategi keberlanjutan yang berfokus pada empat isu yaitu: iklim, alam, plastik, dan penghidupan (livelihood), Unilever Indonesia terus berupaya berkontribusi pada lingkungan dan masyarakat," kata Nurdiana Darus, Head of Corporate Affairs & Sustainability Unilever Indonesia di Jakarta, Selasa (27/8/2024).

Nurdiana melanjutkan bahwa pihaknya menyadari bahwa bisnis perusahaan tidak dapat bertahan tanpa ekosistem alam yang baik. Itu sebabnya, penting untuk turut mendukung upaya kolektif menuju sistem pangan yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Dukungan ini sebenarnya bukanlah hal yang baru. Dalam mewujudkan kelestarian sistem pangan, menurut Nurdiana, pihaknya selama lebih dari satu dekade telah menggalakkan pertanian berkelanjutan guna memenuhi bahan baku dengan tetap menjaga kualitas lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan petani kecil. Salah satu contohnya adalah melalui program Bango Pangan Lestari.

Sektor pertanian sebagai sumber pangan utama di Indonesia memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian, yaitu rata-rata 13,22% terhadap PDB Nasional tahun 2018-2022. Selain itu, Sensus Pertanian BPS 2023 menunjukkan, jumlah pekerja pada sektor pertanian mencapai 28,61% dari total tenaga kerja nasional. Namun, di saat bersamaan, pertanian turut berkontribusi terhadap pemanasan global dan rentan terdampak perubahan iklim.

Baca Juga: Mentan Amran Minta Tambahan Anggaran Rp68 Triliun Demi Cetak Sawah Baru

Tantangan sistem pangan pun kian kompleks karena pertumbuhan penduduk semakin tinggi, degradasi lahan, hingga kurangnya regenerasi petani. Hal ini menimbulkan urgensi untuk mengonsepkan ulang upaya ketahanan pangan dan sistem pangan nasional dari hulu ke hilir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI