Suara.com - Pejuang disabilitas memiliki hak yang sama untuk bekerja dan berkontribusi bagi masyarakat. Namun, dalam praktiknya, mereka seringkali menghadapi berbagai tantangan yang menghambat partisipasi mereka dalam dunia kerja.
Apa saja tantangan yang dihadapi pejuang disabilitas untuk bisa bekerja? Simak yuk pembahasannya berikut ini seperti dirangkum Suara.com, Selasa (27/8/2024).
1. Diskriminasi
Salah satu tantangan terbesar adalah diskriminasi dan stereotipe negatif yang masih sering dijumpai. Banyak perusahaan masih memiliki anggapan bahwa penyandang disabilitas memiliki produktivitas yang rendah, membutuhkan biaya tambahan, atau tidak dapat bekerja secara efektif.
Baca Juga: 4.723 Penyandang Disabilitas di Jaktim Disebut Belum Dapat Bansos, Begini Bantahan Heru Budi
Stereotipe ini seringkali menjadi penghalang utama bagi penyandang disabilitas untuk mendapatkan kesempatan kerja yang sama. Penolakan dalam proses rekrutmen, penempatan pada posisi yang tidak sesuai dengan kemampuan, atau pemberian gaji yang lebih rendah, merupakan contoh diskriminasi nyata yang dialami pejuang disabilitas.
2. Akses terbatas
Selain diskriminasi, pejuang disabilitas juga sering kesulitan mengakses tempat kerja. Aksesibilitas fisik dan digital merupakan faktor penting bagi penyandang disabilitas untuk dapat bekerja dengan nyaman dan produktif. Sayangnya, banyak tempat kerja masih belum dilengkapi dengan fasilitas yang ramah disabilitas.
Kurangnya ramp, lift, toilet yang sesuai, atau ruang kerja yang luas bisa jadi penghambat. Kurangnya aksesibilitas dapat menghambat kinerja, mengurangi produktivitas, dan bahkan menyebabkan cedera.
3. Dukungan minim
Baca Juga: PNM Luncurkan Madani Vokasi Academy, Latih Disabilitas Kreasikan Kopi
Kurangnya kesadaran masyarakat dan dukungan dari lingkungan kerja juga menjadi tantangan besar. Banyak orang masih belum memahami kebutuhan khusus penyandang disabilitas dan cara untuk mengakomodasi mereka.
- Kurangnya pemahaman: Miskonsepsi tentang disabilitas dapat menyebabkan perlakuan yang tidak pantas atau kurangnya dukungan dari rekan kerja.
- Kurangnya kebijakan inklusif: Perusahaan belum memiliki kebijakan yang jelas untuk mengakomodasi penyandang disabilitas, seperti kebijakan cuti untuk perawatan medis atau fasilitas khusus.
- Dampak: Kurangnya dukungan dapat membuat penyandang disabilitas merasa terisolasi dan tidak termotivasi untuk bekerja.
Solusi untuk Mengatasi Tantangan
Untuk mengatasi tantangan-tantangan di atas, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, perusahaan swasta, dan masyarakat. Beberapa solusi yang dapat diterapkan antara lain:
- Peningkatan kesadaran: Melalui kampanye sosialisasi dan edukasi, masyarakat dapat lebih memahami kebutuhan dan hak-hak penyandang disabilitas.
- Pembentukan kebijakan inklusif: Perusahaan perlu memiliki kebijakan yang jelas untuk mengakomodasi penyandang disabilitas, seperti kebijakan rekrutmen inklusif, fasilitas yang ramah disabilitas, dan program pelatihan.
- Peningkatan aksesibilitas: Tempat kerja harus dirancang agar dapat diakses oleh semua orang, termasuk penyandang disabilitas.
- Kolaborasi dengan organisasi disabilitas: Bekerja sama dengan organisasi disabilitas dapat membantu perusahaan memahami kebutuhan khusus penyandang disabilitas dan mengembangkan program yang efektif.
Kaki Palsu Sebagai Harapan Baru
Salah satu bentuk dukungan yang bisa diberikan adalah memberikan kaki palsu kepada pejuang disabilitas yang membutuhkan. Program pemberian kaki palsu kerja sama PT. Telkom Indonesia dan RQV Indonesia ini ditujukan agar pejuang disabilitas mendapat kesempatan baru untuk menjalani hidup dengan lebih mandiri dan bermakna.
Tiga penerima manfaat dari program mulia ini adalah Idris Alam (28 tahun) dari Desa Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara; Randi (35 tahun) dari Desa Palasari Girang, Kecamatan Kalapa Nunggal, Kabupaten Sukabumi; dan Febri Ardiansyah (37 tahun) dari Desa Sukaharja, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi. Dengan semangat juang yang tak kenal lelah, mereka kini dapat kembali meniti kehidupan dengan lebih optimis.
Mendapatkan kaki palsu bukan hanya soal menerima alat bantu, tetapi juga soal mendapatkan kembali harapan dan kemandirian. Bagi mereka yang berada di situasi serupa, berbagai jalan menuju bantuan selalu terbuka, selama ada usaha dan kemauan untuk mencari informasi yang tepat.