Ketika duduk dibangku perkuliahan, Wanda dikenal begitu aktif dalam sejumlah kegiatan organisasi dan kritis terhadap pemerintahan Orde Baru. Tak sampai disitu, kala itu ia menjadi salah satu saksi mata peristiwa penembakan mahasiswa Trisakti dan ikut menduduki gedung parlemen bersama dengan mahasiswa lainnya untuk menggulingkan rezim pemerintahan Soeharto.
Lulus dari Universitas Trisakti, Wanda langsung bergabung dengan Partai Amanat Nasional (PAN) dan dipercaya sebagai bendahara partai periode 2006-2010. Di masa awal perjalanan karier berpolitiknya bersama PAN, WandA aktif di berbagai kegiatan.
Ia pun sempat didapuk sebagai Wakil Sekjen Komnas Perlindungan Anak hingga meraih penghargaan dari Menkumham sebagai Selebriti Peduli Hukum dan HAM pada April 2008. Satu tahun usai menerima penghargaan, Wanda lantas terpilih menjadi anggota DPRD DKI Jakarta periode 2009-2014 dan menduduki kursi Komisi E di bidang kesejahteraan rakyat.
Di periode selanjutmua, Wanda didepak dari PAN lantaran mendukung Jokowi-Jusuf Kalla dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Pasalnya saat itu, PAN yang dipimpin oleh Hatta Rajasa, mendukung Prabowo Subianto.

Setelah didepak dari PAN, Wanda kemudian pindah ke Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dan dipercaya menjadi Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) pada tahun 2017. Saat masuk di partai baru, Wanda sempat mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI pada Pemilu 2019, namun langkahnya gagal.
Tiga tahun bersama Demokrat, Wanda pindah haluan dan resmi bergabung ke Partai Golkar pada Oktober 2022. Namun belum genap tiga tahun, Wanda kembali hengkang dari partainya itu karena ingin tidak berada di sisi sejarah yang salah.
Tweet Lawas Wanda Hamidah Tentang Ancaman Demokrasi
Keputusaanya meninggalkan Golkar ini pun, membuat tweet lawasnya tentang kebebasan berekspresi yang diunggah pada tahun 2014 kembali jadi perhatian. Melalui cuitannya Wanda mengingatkan masyarakat Indonesia terhadap ancaman demokrasi.
"Jangan sampai nanti enggak bisa ngekritik lagi, baru nyesel. Nanti punya media dibredel, baru nyesel. Nanti enggak bisa ke TPS milih pemimpin atau partai yang kita suka, baru nyesel," tulis Wanda pada tanggal 4 Juni 2014 silam.
Baca Juga: Riwayat Pendidikan Wanda Hamidah, Tegas Pilih Keluar dari Partai Golkar
Tanpa disadari beberapa pernyataan Wanda Hamidah tentang ancaman demokrasi itu kini disebut menjadi kenyataan.